Kamis, 30 Maret 2023

Rilis Laporan Keuangan Bank Digital, Siapa Paling Unggul?

Parluhutan Situmorang
16 Nov 2022 | 17:12 WIB
BAGIKAN
Tren pasar saham terlihat di sebuah layar di Shiyan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada 19 Agustus 2021. (Foto: Costfoto / Barcroft Media / Getty Images)
Tren pasar saham terlihat di sebuah layar di Shiyan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada 19 Agustus 2021. (Foto: Costfoto / Barcroft Media / Getty Images)

JAKARTA, Investor.id - Kinerja keuangan sejumlah emiten bank digital menunjukkan tren peningkatan sampai kuartal III-2022, meskipun masih ada sebagian bank digital mencetak rugi. Sedangkan harga sahamnya mulai berangsur-angsur terkerek setelah terhempas dalam pada awal November 2022.

Hingga September 2022, setidaknya empat emiten bank digital sudah mencetak laba sampai September 2022. Keempat bank tersebut adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), dan PT Bank Seabank Indonesia.

Sementara bank digital lainnya yang masih mencatatkan rugi adalah PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), dan PT Bank Digital BCA. Kerugian terbesar dibukukan Bank Neo Commerce senilai Rp 601,17 miliar pada akhir September 2022. Kerugian ini naik 127%, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 264,74 miliar.

Lalu bagaimana kinerja bank digital yang telah mencetak laba tahun ini? Dari keempat bank yang mencetak laba, Seabank masuk dalam daftar dengan pertumbuhan tertinggi, kecuali dari sisi laba bersih. Bank yang terafiliasi dengan Shopee dan anak usaha Sea Group ini mencatatkan pertumbuhan kredit 448% selama setahun. Dari Rp 2,97 triliun pada akhir September 2021 menjadi Rp 16,28 triliun pada akhir September 2022.

Begitu juga dengan dana pihak ketiga (DPK) bank ini yang tumbuh 428% menjadi Rp 19,75 triliun. DPK ini didominasi oleh tabungan dan giro (current account saving account/CASA) sebesar 60,89%. Namun, CASA di Seabank, khususnya tabungan dikenal memiliki bunga yang tinggi. Misalkan, Seabank memberikan bunga tabungan hingga 7% sejak tahun lalu hingga Agustus 2022. Saat ini Seabank masih memberikan bunga tabungan sebesar 6%.

Didorong oleh penyaluran kredit yang tinggi, Seabank mencatatkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp 2,39 triliun, naik 14 kali lipat secara year on year (yoy). Namun, penyaluran kredit yang kencang ini ternyata berdampak pada kualitas aset. Seabank mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan keuangan (impairment) yang cukup besar. Nilainya mencapai Rp 1,69 triliun. Angka ini sejalan dengan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) yang mencapai Rp1,65 triliun.

Berikutnya adalah Bank Jago, salah satu pelopor bank digital di Indonesia. Bank ini mencatatkan DPK sebesar Rp7,28 triliun pada akhir September 2022, tumbuh 186% secara yoy. Dari total DPK, produk CASA mendominasi hingga 71% dengan nilai Rp 5,14 triliun.

Hal ini didorong oleh peningkatan jumlah nasabah sebanyak 3 kali lipat, dari 1,4 juta nasabah pada akhir 2021 menjadi 4,2 juta pada akhir September 2022.

Dari sisi aset, Bank Jago mencatatkan outstanding kredit sebesar Rp 8,16 triliun meningkat 119% secara yoy. Pertumbuhan cepat ini didukung oleh pertambahan mitra Bank Jago dalam partnership lending, yaitu kerja sama penyaluran kredit dengan berbagai ekosistem. Hingga akhir September 2022, Bank Jago telah menggandeng 32 institusi dalam partnership lending.

Dari sisi laba rugi, Bank Jago mencatatkan NII sebesar Rp 983,84 miliar, meningkat 210% secara yoy. Sementara laba bersih yang diraih mencapai Rp40,57 miliar, dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat rugi Rp 33 miliar.

Jadi, dari sisi profitabilitas, Jago lebih baik dari Seabank. Dengan NII Rp983,8 miliar, Jago mampu mengantongi laba bersih Rp 40,57 miliar. Bandingkan dengan NII Seabank yang mencapai Rp2,39 triliun tapi tersisa sebagai laba bersih hanya Rp 13,9 miliar.

Bank yang dulu bertransformasi dari Bank Artos ini mencatatkan ekuitas Rp 8,29 triliun pada akhir September 2022. Ini merupakan ekuitas terbesar yang dimiliki oleh bank digital. Bahkan sebagian bank digital masih berkutat untuk menambah modal pada tahun ini, karena memiliki ekuitas di bawah modal minimum Rp3 triliun.

Berikutnya adalah Allo Bank yang menjadi bagian dari ekosistem CT Corpora yang dimiliki oleh taipan Chairul Tanjung. Allo Bank mencatat pertumbuhan kredit sebesar 246% menjadi Rp 7,16 triliun pada akhir September 2022. Namun, pertumbuhan lebih rendah terjadi pada DPK yang meningkat 84,48% menjadi Rp 4,07 triliun.

Bila dibedah lebih dalam dari DPK, Allo Bank yang mengklaim telah memiliki lebih dari 3,3 juta nasabah, ternyata hanya mengelola tabungan Rp257 miliar, atau hanya 6% dari total DPK. Sebaliknya Deposito mendominasi hingga 93,14% dengan nilai Rp 3,79 triliun. Hal ini mencerminkan sebagian besar nasabah masih mencari bunga deposito, bukan untuk transaksi perbankan.

Dalam laporan laba rugi, Allo Bank mencatatkan pendapatan bunga bersih (NII) Rp406,08 miliar, tumbuh 208,67% secara yoy. Nilai NII ini relatif lebih kecil dibandingkan para kompetitornya.

Meski demikian, Allo Bank juga mencatatkan sejumlah pendapatan di luar bunga, salah satunya adalah pendapatan komisi dan provisi (fee based income) senilai Rp117,96 miliar. Dengan demikian fee based income berkontribusi sekitar 19% dari total pendapatan, baik bunga maupun non bunga. Dengan pendapatan tersebut, Allo Bank mencatat laba bersih Rp 209,03 miliar. Ini merupakan laba terbesar di antara bank digital hingga kuartal III-2022.

Berikutnya adalah Bank Raya yang merupakan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Dari seluruh bank digital yang ada, hanya Bank Raya mencatatkan pertumbuhan negatif atau turun, baik dari kinerja aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan DPK. Misalkan penghimpunan DPK turun 42,93% dari Rp16,86 triliun menjadi Rp9,62 triliun. Penyaluran kredit turun 41,52%, dari Rp14,32 triliun menjadi Rp8,37 triliun. Adapun total aset turun 36,77% dari Rp20,53 triliun menjadi Rp12,98 triliun pada akhir September 2022.

Dengan penurunan aset tersebut, pendapatan bunga bersih tercatat turun 21,7% menjadi Rp514,15 miliar. Sayangnya, pada periode yang sama Bank Raya juga mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar Rp456,91 miliar sehingga laba bersih yang diraih hanya sebesar Rp32,47 miliar.

Semakin Kompetitif

Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan mengatakan mengelola bank digital tidak bisa disamakan dengan startup yang bisa bakar uang dan merugi bertahun-tahun. Bank yang bisa menyeimbangkan antara pertumbuhan bisnis dan profitabilitas akan lebih berkelanjutan dibandingkan yang memilih strategi bakar uang.

“Yang dilihat dari perkembangan bank digital adalah business model yang tepat dan pertumbuhan bisnis. Untuk laba masih nomor ketiga karena mereka masih ekspansi, namun tidak boleh rugi besar juga,” ujarnya.

Dia menyoroti bahwa bank digital akan mengalami tantangan dalam penghimpunan DPK, terutama dana murah. Dengan biaya dana (cost of fund) yang kecil, bank digital akan semakin kompetitif dalam menyalurkan kredit.

Kinerja Bank Digital

(dalam miliar Rp)

Bank Jago

Seabank

Allo Bank

Bank Raya

Indikator

Sept 2021

Sept 2022

Sept 2021

Sept 2022

Sept 2021

Sept 2022

Sept 2021

Sept 2022

DPK

2.543

7.284

3.736

19.754

2.210

4.077

16.862

9.624

Kredit

3.727

8.156

2.970

16.281

2.065

7.158

14.320

8.374

Aset

10.978

15.823

5.955

23.861

6.898

10.598

20.534

12.985

Laba/Rugi bersih

-32,60

40,57

-300,45

13,93

85,73

209,03

-1.831

32,47

Editor: Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 3 menit yang lalu

Perusahaan Properti Ini Berniat Go Public, Bidik Dana Hingga Rp 200 Miliar  

Perusahaan yang bergerak di bidang property & real estate, PT Samudra Raya Swagriya, berniat go public dengan membidik dana hingga Rp 200 M
Market 14 menit yang lalu

Terungkap! Rencana di Balik IPO Merdeka Battery (MBMA)

Merdeka Battery (MBMA) akan memiliki dukungan lebih kuat melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO)
Market 17 menit yang lalu

Top! Baru Masuk Bursa, Laba Pertamina Gethermal (PGEO) Melesat 50%

Laba bersih PGEO melesat hingga 50% sepanjang 2022, meski perseroan baru listing perdana di BEI tahun ini
Market 25 menit yang lalu

Amar Bank (AMAR) Resmi Terapkan Sistem Pembayaran BI-FAST

PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) resmi bergabung menjadi peserta sistem pembayaran BI-Fast Batch 6
Finance 31 menit yang lalu

PNM Boyong Penghargaan Digital Teknologi dan Inovasi

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) memboyong penghargaan digital teknologi dan inovasi
Copyright © 2023 Investor.id