JAKARTA, investor.id - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives berguguran pada perdagangan Kamis (1/12/2022). Akhiri penguatan harga CPO yang terjadi dua hari beruntun.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Kamis (1/12/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Desember 2022 turun 103 Ringgit Malaysia menjadi 3.996 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Januari 2023 merosot 148 Ringgit Malaysia menjadi 4.041 Ringgit Malaysia per ton.
Baca juga: Harga CPO Reli Dua Hari Beruntun
Sementara itu, kontrak pengiriman Februari 2023 rontok 156 Ringgit Malaysia menjadi 4.078 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Maret 2023 terkoreksi 155 Ringgit Malaysia menjadi 4.096 Ringgit Malaysia per ton.
Serta, kontrak pengiriman April 2023 menurun 155 Ringgit Malaysia menjadi 4.077 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Mei 2023 terpeleset 147 Ringgit Malaysia menjadi 4.043 Ringgit Malaysia per ton.
Baca juga: Perhatian! Harga CPO Bakal Dipengaruhi Jajaran Indikator Ini
Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, Harga CPO terpantau terkoreksi karena terbebani menguatnya nilai tukar Ringgit pasca terpilihnya Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri baru Malaysia. Ditambah lagi, rencana pemerintah India menaikkan bea masuk untuk produk turunan CPO.
Sementara untuk sentimen positif, Yoga mengatakan, datang dari keputusan pemerintah Indonesia yang menurunkan rasio ekspor CPO Indonesia, serta sinyal penurunan kasus Covid-19 di Tiongkok. “Pergerakan harga CPO berada pada resistance 4.300 Ringgit Malaysia per ton dan support terdekat di 4000 Ringgit Malaysia per ton,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, Kamis (1/12/2022).
Baca juga: CPO Bikin Laba Bersih Teladan Prima Agro (TLDN) Terbang 108,5%
Jelang akhir pekan, Yoga memprediksi, harga CPO tampaknya tidak akan terlalu berfluktuatif, melihat dari kurangnya indikator yang dirilis di pasar. Untuk indikator yang dipantau adalah seputar perkembangan situasi di Malaysia dan Indonesia, yang terkait ekspor CPO, situasi di Tiongkok terkait kasus Covid-19, serta situasi pasar minyak nabati.
“Untuk level resistance berada di kisaran harga 4.300 – 4.500 Ringgit Malaysia per ton dan level support di harga 4.000 – 3.800 Ringgit Malaysia per ton,” tutup Yoga.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS