JAKARTA, investor.id - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives turun pada perdagangan Jumat (2/12/2022). Dengan demikian, harga CPO turun dalam dua hari beruntun.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Jumat (2/12/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Desember 2022 turun 91 Ringgit Malaysia menjadi 3.905 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Januari 2023 merosot 112 Ringgit Malaysia menjadi 3.929 Ringgit Malaysia per ton.
Baca juga:Harga CPO Berguguran, Akhiri Penguatan Dua Hari Beruntun
Sementara itu, kontrak pengiriman Februari 2023 rontok 126 Ringgit Malaysia menjadi 3.925 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Maret 2023 terkoreksi 132 Ringgit Malaysia menjadi 3.964 Ringgit Malaysia per ton.
Serta, kontrak pengiriman April 2023 menurun 132 Ringgit Malaysia menjadi 3.945 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Mei 2023 terpeleset 126 Ringgit Malaysia menjadi 3.917 Ringgit Malaysia per ton.
Baca juga: Perhatian! Harga CPO Bakal Dipengaruhi Jajaran Indikator Ini
Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, Harga CPO terpantau terkoreksi karena terbebani menguatnya nilai tukar Ringgit pasca terpilihnya Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri baru Malaysia. Ditambah lagi, rencana pemerintah India menaikkan bea masuk untuk produk turunan CPO.
Meski demikian, Yoga mengatakan, harga CPO tampaknya tidak akan terlalu berfluktuatif, melihat dari kurangnya indikator yang dirilis di pasar. Untuk indikator yang dipantau adalah seputar perkembangan situasi di Malaysia dan Indonesia, yang terkait ekspor CPO, situasi di Tiongkok terkait kasus Covid-19, serta situasi pasar minyak nabati.
Baca juga: CPO Bikin Laba Bersih Teladan Prima Agro (TLDN) Terbang 108,5%
“Untuk level resistance berada di kisaran harga 4.300 – 4.500 Ringgit Malaysia per ton dan level support di harga 4.000 – 3.800 Ringgit Malaysia per ton,” jelas Yoga.
Untuk pergerakan harga CPO pada pekan depan, Yoga menyebut akan sangat bergantung pada rilisnya indikator di pasar saat awal pekan nanti. Indikator yang dipantau antara lain rilisnya data ekspor CPO Malaysia untuk periode awal Desember, perkembangan situasi di Indonesia terkait kebijakan ekspor CPO, perkembangan situasi Covid-19 di Tiongkok, dan juga situasi pasar minyak nabati.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS