Kamis, 23 Maret 2023

Tren Investasi ESG Meningkat, Insight Siapkan 2 Produk Reksadana Berbasis ESG

Kunradus Aliandu
6 Des 2022 | 17:37 WIB
BAGIKAN
Insight
Insight

JAKARTA, investor.id – Investasi berbasis Environment, Social, Governance (ESG) sedang menjadi tren belakangan ini. ESG adalah standar perusahaan dalam praktik investasi yang terdiri dari tiga kriteria, yaitu environmental (lingkungan), sosial, dan governance (tata kelola perusahaan).

Chief Investment Officer PT Insight Investments Management (Insight) Camar Remoa mengatakan, ESG telah menjadi salah satu pertimbangan utama yang diakui secara global dalam membuat portofolio dan pedoman berinvestasi.

Secara tren pasar, tema-tema yang menjadi perhatian pada matriks ESG adalah tema iklim dan keanekaragaman hayati. Jika berkaca dari nilai matriks ESG pada tema iklim dan keanekaragaman hayati, Indonesia masih memiliki nilai ESG yang paling rendah. Indonesia masih memiliki ketergantungan tinggi pada batu bara, isu kenaikan suhu yang tergolong tinggi, serta isu penyalahgunaan lahan untuk hutan atau pertanian yang tinggi. Ini artinya masih ada banyak ruang untuk perbaikan.

Untuk mencapai perbaikan tersebut, pemerintah telah mendorong para pelaku bisnis guna mengembangkan dan memanfaaatkan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) dan kebijakan pembangunan rendah karbon (PRK) sehingga mendorong ketertarikan investor untuk berinvestasi pada produk-produk investasi bertema ESG.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat adanya pertumbuhan signifikan pada total nilai dana kelolaan dan jumlah produk reksadana berprinsip ESG sejak 2017. Motivasi investor juga menjadi faktor pendukung dari maraknya investasi yang berbasis ESG. Menurut data CFA Institute, lebih dari 60% investor institutional memiliki motivasi untuk mendapatkan higher risk–adjusted returns ketika melakukan investasi dengan tema ESG dan lebih dari 45% investor ritel memiliki motivasi untuk mengekspresikan personal value pada perusahaan-perusahaan yang memiliki impak sosial dan lingkungan positif saat melakukan investasi berbasis ESG.

Camar Remoa menyebut bahwa peningkatan tren investasi ESG tidak terlepas dari meningkatnya kepekaan publik terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang terus mengemuka.

Perubahan iklim, polusi udara, atau bahkan penggunaan plastic, menurut Camar adalah beberapa contoh tren isu yang menarik perhatian, terutama para investor ritel untuk berinvestasi di instrumen berbasis ESG.

“Meningkatnya animo masyarakat pada investasi berkelanjutan telah memberikan gambaran bahwa saat ini investasi tidak hanya sebatas aktivitas yang berfokus pada keuntungan saja, namun juga sudah seharusnya punya sisi kepedulian pada aspek sosial kemasyarakatan, lingkungan, dan tata kelola perusahaan yang baik,” ungkap Camar dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/12).

Camar menjelaskan, bahwa PT Insight Investments Management selaku Manajer Investasi juga turut mengambil peran dalam membangun semangat ESG Investing di Indonesia. Sejalan dengan tagline Insight yaitu Transforming Investments Into Social Impact, Insight telah memiliki dua produk reksadana yang sejalan dengan prinsip ESG, terutama berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan.

“Untuk para investor yang mengincar produk reksadana berbasis ESG, Insight merekomendasikan produk reksadana indeks Insight SRI-Kehati Likuid dengan kinerja historikal yang outperformed terhadap Indeks acuannya. Produk reksadana indeks saham ini berfokus pada saham-saham yang sifatnya likuid dan memberikan kesempatan kepada para investor reksa dana untuk berkontribusi dalam berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati),” jelas Camar.

Sebagai informasi, Indeks SRI-Kehati merupakan Indeks yang berbasis Sustainable and Responsible Investing (SRI) dan Environmental, Social, and Governance (ESG). Indeks ini beranggotakan saham-saham dengan hasil penilaian kinerja SRI dan ESG yang baik, tercermin pada bobot sektoral dari indeks SRI-Kehati overweight di sektor finansial dan infrastruktur, dimana kedua sektor tersebut memiliki fundamental yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dan underweight di sektor teknologi.

Selain itu, Camar menambahkan bahwa Insight melalukan screening tambahan terhadap Indeks SRI-Kehati berdasarkan likuditas saham-saham anggotanya dengan menambah maksimal 20% porsi saham-saham SRI-Kehati yang lebih likuid dan mengurangi porsi saham-saham SRI-Kehati yang kurang likuid. Alhasil, potensi performa dari Reksa Dana Insight SRI-Kehati Likuid dapat lebih optimal jika dibandingkan dengan Indeks SRI-Kehati itu sendiri.

Kegiatan CSR yang telah didukung oleh Reksa Dana Indeks Insight SRI-Kehati Likuid adalah  mendukung program pengembangan sorgum di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur dan mendukung pengembangan Taman Kehati, yang berlokasi di 8 propinsi seluruh Indonesia (Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara).

Selain Insight Sri-Kehati Likuid, Insight juga mengelola produk Reksa Dana Pendapatan Tetap Insight Renewable Energy Fund yang juga berfokus pada isu lingkungan. ESG investing dalam produk ini diwujudkan melalui penyisihan sebagian dari management fee untuk berbagai kegiatan CSR yang mempromosikan dan melaksanakan advokasi penggunaan energi baru dan terbarukan.

“Selain berbasis ESG, secara kinerja, imbal hasil historikal dari Reksa Dana Insight Renewable Energy Fund juga mampu outperformed atas benchmark. Selain itu reksa dana ini juga memiliki fitur pembagian dividen per bulan, sehingga bisa memberikan potensi imbal hasil yang lebih baik,’’ tutup Camar.

Editor: Kunradus Aliandu (kunradu@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 23 detik yang lalu

Pasar Kripto Terimbas Kenaikan Suku Bunga Fed, Bitcoin Melemah

Pasar kripto terimbas keputusan Federal Reserve menaikan suku bunga sebesar 25 bps. Bitcoin pun melemah hingga merosot ke level US$ 27 ribu.
Market 30 menit yang lalu

Minyak Naik 2% Terdorong Pelemahan Dolar AS

Harga minyak naik sekitar 2% ke level tertinggi satu minggu pada Rabu (22/2023). Terdorong pelemahan dolar Amerika Serikat (AS)
International 1 jam yang lalu

Pasar Asia Jatuh Menyusul Kenaikan Suku Bunga AS

Pasar Asia Pasifik jatuh pada perdagangan Kamis (23/3) pagi, mengikuti reaksi Wall Street semalam.
Market 1 jam yang lalu

Pasar Saham Asia-Pasifik Jatuh Pasca Kenaikan Suku Bunga Fed

Pasar saham Asia-Pasifik jatuh pada Kamis (23/3/2023). Mengikuti reaksi Wall Street pasca  kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin
International 1 jam yang lalu

Wall Street Merosot dengan Kenaikan Suku Bunga Acuan AS

Wall Street jatuh ke zona merah pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Fed menaikkan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).
Copyright © 2023 Investor.id