JAKARTA, Investor.id - PT BFI Finance Tbk (BFIN) disebut satu-satunya perusahaan multiguna tanpa melibatkan dealer atau showroom kendaraan bermotor (non-dealer financing/NDF) paling besar di Indonesia. Perseroan juga tercatat sebagai perusahaan multiguna yang anak usaha bank.

Baca juga: BFI Finance (BFIN) Raih Pinjaman Rp 2,8 Triliun dari BCA (BBCA)

Hal ini menjadi kekuatan besar bagi BFIN untuk mendongkrak kinerja keuangan ke depan. Apalagi, kondisi Covid-19 yang terkendali diharapkan mempercepat penyaluran pembiayaan perseroan ke depan.

“BFIN merupakan NDF dengan aset terbesar di Indonesia. Predikit ini didukung atas bunga kredit yang ditawarkan lebih kompetitif didukung dengan pelayaan yang paling baik dan cepat,” tulis analis CGS CIMB Sekuritas Utami Ratnasari dan Handy Noverdanius dalam riset terbaru.

Terkait pertumbuhan pembiayaan, CGS CIMB Sekuritas memperediksi, BFIN pulih dengan target pertumbuhan pembiayaan mencapai 30% pada 2022 dan diprediksi berlanjut menjadi 16% pada 2023. Perseroan juga didukung non-performing financing (NPF) yang besar di atas 400%.

Sedangkan hingga kuartal III-2022, penyaluran pembiayan baru perseroan telah melesat menjadi Rp 13,7 trlliun. Bahkan, total pembiayaan baru pada kuartal III-2022 saja mencapai Rp 5,2 triliun. Peningkatan pembiayaan ini berasal dari pasar existing.

Baca Juga:Pertumbuhan Laba Berlanjut, Mandiri Sekuritas Targetkan Saham Bank Jago (ARTO) Rp 18.000

Terkait kolaborasi antara BFIN dan PT Bank Jago Tbk (ARTO), khususnya pembiayaan pembelian mobil bekas, CGS CIMB Sekuritas menyebutkan bahwa masih dalam tahap awal pengembangan, sehingga kontribusinya hanya kecil terhadap kinerja keuangan perseroan.

CGS CIMB Sekuritas menyebutkan bahwa BFIN satu dari beberapa perusahaan pembiayaan di luar bank yang memilliki rekam jejak paling baik, baik dari sisi operasi dan data. Perseroan telah teruju berhasil mengelola aset dengan baik, meskipun berada dalam situasi ekonomi sulit. BFIN juga satu-satunya perusahaan pembiayaan yang konsisten mencetak laba bersih dalam 20 tahun terakhir.

Baca juga: BI Janji Tak Agresif Naikkan Suku Bunga Acuan

BFIN diperkirakan mampu untuk mencetak rata-rata pertumbuhan laba bersih per saham (EPS) mencapai 31% pada 2021-2024. ROAE diprediksi mencapai 22% hingga 2024 didukung pertumbuhan penyaluran kredit dua digit, margin keuntungan yang besar, dan perbaikan biaya kredit.

Berbagai faktor tersebut mendorong CGS CIMB Sekuritas untuk menginisasi riset BFIN dengan rekomendasi add dan target harga Rp 1.625. Target tersebut juga memperkirakan kenaikan pendapatan bunga bersih dari perkiraan Rp 2,93 triliun pada 2022 menjadi Rp 3,51 triliun pada 2023. Laba bersih perseroan juga diprediksi melesat menjadi Rp 2,2 triliun pada 2023, dibandingkan estimasi tahun 2022 senilai Rp 1,70 triliun.

Editor: Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS