Minat Investor masih Tinggi, Jumlah Pemegang Saham Bank Digital Terus Bertambah

JAKARTA, Investor.id - Penurunan harga saham bank digital sepanjang tahun 2022 memunculkan sejumlah fakta menarik. Salah satunya adalah perubahan peta kepemilikan saham bank digital.
Alih-alih berkurang, mayoritas saham bank digital justru mencatat peningkatan jumlah investor secara signifikan. Tapi, ada juga tergerus tajam. Misalnya, PT Bank Jago Tbk (ARTO) tercatat sebagai bank dengan kenaikan jumlah investor terbanyak dibandingkan bank digital lainnya.
Baca juga: Koreksi Saham Bank Digital Disebut sudah Terlalu Dalam, Bakal Berbalik Arah?
Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan registrasi efek bulanan, Bank Jago mencatat jumlah pemegang saham sebanyak 40.406 pada akhir Desember 2022, bertambah 20.793 investor atau terdapat kenaikan 106%, dibandingkan posisi Desember 2021.
PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) mencatat kenaikan jumlah investor sepanjang 2022 masing-masing 74,61% menjadi 9.120 dan 144% menjadi 18.892.
Perbandingan Jumlah Pemegang Saham Bank Digital
Kode Bank |
30 Dec 21 |
30 Dec 22 |
Perubahan |
Perubahan (%) |
ARTO |
20,793 |
106.02% |
||
BBYB |
7,661 |
28.02% |
||
BBHI |
11,150 |
144.02% |
||
AGRO |
8,094 |
15.81% |
||
AMAR |
3,897 |
74.61% |
||
BABP |
-11,197 |
-19.39% |
||
BANK |
-6,099 |
-30.45% |
||
BNBA |
-1,511 |
-18.04% |
||
BACA |
-7,505 |
-21.32% |
||
BBSI |
-214 |
-17.92% |
Sumber : Laporan Registrasi Efek Bulanan, BEI
Secara umum, penambahan jumlah pemegang saham bank digital tersebut mengindikasikan tingginya minat investor, meski pergerakan saham bank digital tahun lalu menghadapi tekanan berat. Peningkatan jumlah pemegang saham di sisi lain mencerminkan optimisme investor terhadap prospek bank digital dalam jangka panjang.
Baca juga: Potensi Besar, Saham Bank Digital Menuju Kebangkitan
Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menilai investor lebih selektif dalam memilih saham bank digital pada tahun 2022. Hal ini tercermin dari data yang menunjukkan bahwa tidak seluruh bank digital mencatat kenaikan jumlah pemegang saham pada 2022.
Menurut Tirta, tahun 2022 menjadi ajang pembuktian diri bagi bank digital, apakah mampu merealisasikan rencana-rencana bisnis yang sudah disampaikan pada tahun sebelumnya. Investor akan menyeleksi bank digital yang mencetak kinerja cemerlang.
“Setelah melewati euforia pada 2020 dan 2021, fase berikutnya adalah seleksi alam. Prospek bank digital tetap menarik, tetapi investor kini lebih jeli dan milih milih. Investor akan melirik bank digital yang mampu mencetak laba bersih dan konsisten menciptakan pertumbuhan yang berkualitas. Bank digital yang mengandalkan pertumbuhan dengan bakar uang, akan ditinggalkan,” kata Tirta.
Faktor pertimbangan lainnya adalah bisnis model bank digital itu sendiri. Sebagai bank yang beroperasi dengan kantor cabang dalam jumlah sangat sedikit, bank digital dituntut mampu ekspansi dan terus memperluas pangsa pasar secara efisien.
Baca juga: Memasuki 2023 : Ekosistem & Diversifikasi Risiko Menjadi Penentu Keberhasilan Bank Digital
“Kalau untuk ekspansi, bank digital masih berfikir harus membangun jaringan kantor cabang, merekrut banyak pegawai, ya bakal sulit bersaing dengan bank besar. Selain prosesnya lama, juga sangat mahal biaya ekspansinya. Tidak kompetitif. Disini investor akan melihat ketajaman visi manajemen bank digital dalam melakukan penetrasi pasar secara efektif, efisien dan benar benar mengoptimalkan teknologi,” kata Tirta.
Pilihan Investor
Sementara itu, analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana menilai kenaikan jumlah investor Bank Jago pada 2022 menunjukkan bank tersebut masih menjadi yang pilihan bagi investor yang ingin berinvestasi di saham bank digital. Pergerakan harga saham yang melandai di tahun lalu justru menjadi katalis positif bagi investor untuk akumulasi karena valuasinya menjadi lebih murah.
Terkait prospek saham bank digital, Radit melihat kebangkitan Nasdaq sebagai momentum rebound. Kenaikan saham teknologi di AS sejak awal tahun ini dipicu oleh perubahan persepsi pelaku pasar terhadap laju inflasi dan potensi kenaikan suku bunga acuan yang tidak lagi seagresif tahun lalu. Jadi, penurunan tajam saham teknologi sepanjang 2022 dimaknai sebagai kesempatan untuk melakukan akumulasi kembali.
Baca juga: Baru Tahap Awal, Potensi Pertumbuhan Bank Digital masih Besar, Begini Target Saham ARTO dan BBYB
Selain itu, laporan registrasi efek yang dirilis Bank Jago juga menunjukkan pemegang saham utama bank ini sangat solid dan memiliki visi investasi jangka panjang. Selain dikendalikan oleh Metamorfosis Indonesia (MEI) dan Wealth Track Tecnology Limted (WTT), saham bank ini juga dimiliki oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa (DKAB/GOTO) sebanyak 21,4% dan GIC Private Limited sebesar 9,21%.
Fakta menunjukkan, kedua investor tersebut tercatat tidak melakukan aksi profit taking kendati harga saham Jago sempat menyentuh titik tertingginya di Rp19.000. Dan tetap menggenggam saham bank ini di saat harganya terjun bebas ke level di bawah Rp4.000.
"Ini menunjukkan investor-investor utama Bank Jago punya visi long term investment, bukan sekadar aji mumpung lepas barang ketika harga menjulang (saham)," tutur Radit.
Manajemen yang memiliki saham Bank Jago juga tidak melepas sahamnya di saat tren harga sedang naik. Sejauh ini, hanya Wakil Direktur Utama Arief Harris Tandjung yang memiliki saham Bank Jago. Jumlahnya pada 2022 tidak berubah, yaitu sebesar 46.646.331 atau 0,336%.
Editor: Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Grup Bakrie (BNBR) Mau Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin
VKTR, anak usaha Bakrie & Brothers (BNBR), berencana membangun pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB).Anggarkan Dana Rp 250 Miliar, Cisadane (CSRA) Bidik Kenaikan Produksi CPO 25%
CSRA membidik kenaikan produksi 25% dengan mengalokasikan belanja modal hingga Rp 250 miliar tahun iniMahfud MD Sebut Eselon I Tutup Akses Sri Mulyani Terkait Data Pencucian Uang di Kemenkeu
Menkeu sempat menanyakan kepada pejabat Kemenkeu terkait surat PPATK tentang transaksi mencurigakan.Hindari Kemacetan, Cuti Bersama Libur Idulfitri Digeser Maju dan Tambah 1 Hari
Pemerintah resmi merevisi cuti bersama dan libur Idulfitri dengan penambahan satu hari.Kepala PPATK Ungkap Transaksi Janggal Rp189 Triliun di Kemenkeu
Berikut analisa transaksi TPPU senilai Rp 189 di Kemenkeu berdasarkan analisa PPTAKTag Terpopuler
Terpopuler
