Pekan Lalu Hanya Naik Tipis, Harga CPO Bakal Lanjut Menguat Sepekan Ini

JAKARTA, investor.id - Pada pekan lalu, harga CPO hanya naik tipis. Meski demikian, harga CPO diprediksi bakal lanjut menguat pada sepekan ini.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives basis mingguan periode 20 - 27 Januari 2023. Kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Februari 2023 turun 11 Ringgit Malaysia (0,28%) menjadi 3.874 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka pengiriman CPO untuk Maret 2023 meningkat 12 Ringgit Malaysia (0,31%) menjadi 3.899 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO pengiriman April 2023 terkerek 10 Ringgit Malaysia (0,26%) menjadi 3.902 Ringgit Malaysia per ton. Pada Mei 2023 menguat 13 Ringgit Malaysia (0,33%) menjadi 3.903 per ton.
Sementara itu, Kontrak berjangka CPO pengiriman Juni 2023 bertambah 11 Ringgit Malaysia (0,28%) menjadi 3.883 Ringgit Malaysia per ton. Serta, Juli 2023 naik 12 Ringgit Malaysia (0,31%) menjadi 3.875 Ringgit Malaysia per ton.
Research & Development ICDX Girta Yoga memprediksi harga CPO bakal lanjut menguat. Indikator yang dipantau mulai dari perkembangan kebijakan di Indonesia khususnya terkait ekspor dan program biodiesel B35 pada 1 Februari mendatang. Hal ini disebabkan karena implementasi B35 akan meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri, yang sekaligus berarti akan mengurangi porsi CPO untuk penjualan luar negeri.
“Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengisyaratkan penurunan faktor pengali untuk volume CPO yang akan diekspor. Dari dua indikator ini mengarah pada potensi pengurangan pasokan CPO Indonesia ke pasar global, yang menjadi katalis positif bagi harga CPO,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, belum lama ini.
Selain itu, lanjut Yoga, rilisnya data ekspor CPO Malaysia periode bulan Januari juga menjadi indikator yang dipantau pada sepakan ini. Ditambah lagi, situasi di negara importir utama (India, Tiongkok dan Uni Eropa. Khusus Tiongkok, nampaknya situasi tersebut tidak akan sampai mempengaruhi penurunan permintaan.
“Bahkan, dalam proyeksi yang dirilis pada pekan lalu oleh IMF dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok berpotensi untuk pulih lebih cepat dari yang diperkirakan,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Yoga mengatakan situasi di pasar minyak nabati juga menjadi indikator yang dipantau paka pekan ini. Salah satunya adalah harga minyak kedelai pada pekan depan berpotensi bergerak pada tren bullish. Indikator yang dipantau antara lain perkembangan situasi di jalur Laut Hitam, perkembangan kebijakan di India terutama terkait usulan penyeragaman pajak impor untuk semua minyak nabati, perkembangan situasi di Tiongkok, dan situasi di pasar CPO.
“Dengan demikian, harga CPO diperkirakan akan berada di kisaran resistance 3.900-4.000 Ringgit Malaysia per ton. Apabila menemui katalis negatif, harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga 3.500-3.600 Ringgit Malaysia per ton,” tutup Yoga.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Tak Seberat Sebelumnya, Kenali Gejala Covid-19 Terkini
Gejala Covid-19 pada populasi umum saat ini tak seberat sebelumnya. Lalu bagaimana gejala Covid-19 terkini?AIA dan BCA Luncurkan Maxi Value Protection, Solusi Proteksi Unit Link
PT AIA Financial (AIA) bersama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) meluncurkan Maxi Value ProtectionPutin: Rusia Bisa Diskusikan Rencanakan Perdamaian Tiongkok
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan rencana perdamaian Tiongkok untuk Ukraina bisa didiskusikan.Anak Haji Isam Jual Saham PGUN Rp 352 M
Sejumlah saham PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) dijual oleh 2 pengendalinya, yakni PT Citra Agro Raya (CAR) dan PT Araya Agro Lestari (AAL).Bagaimana US$ 17 Miliar Hilang dari Obligasi ‘CoCo’ Credit Suisse
Penjualan Credit Suisse ke UBS telah memperbaharui perhatian pada obligasi CoCo, sekuritas keamanan hibrida setelah krisis keuangan 2008.Tag Terpopuler
Terpopuler
