Tertekan Suasana Hati-Hati Risk Off, Harga Minyak Berpotensi Melemah

JAKARTA, investor.id – Harga minyak berpotensi melemah pada Selasa (31/1/2023). Tertekan suasana hati-hati risk-off dan potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika minggu ini, akan merugikan asset beresiko termasuk minyak.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, minyak stabil pada hari Senin karena kenaikan suku bunga yang membayangi oleh bank sentral utama dan tanda-tanda ekspor Rusia yang kuat mengimbangi meningkatnya ketegangan Timur Tengah atas serangan pesawat tak berawak di Iran dan harapan permintaan Tiongkok yang lebih tinggi.
“Minyak dunia akan di perdagangkan melemah di rentang US$ 75,4 - 81,50 per barel,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (31/1/2023).
Menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve yang dijadwalkan pada 31 Januari-Februari. Pada tanggal 1 Januari, pasar secara luas mengharapkan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin, meningkatkan kekhawatiran bahwa perpanjangan kenaikan biaya pinjaman Fed akan menghambat pertumbuhan permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia.
Analis dan komisaris PT.Orbi Trade Berjangka Vandy Cahyadi mengatakan, para menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan produksi minyak mereka saat ini ketika mereka bertemu secara virtual pada 1 Februari.
“Suasana hati-hati risk-off dan potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika minggu ini, akan merugikan asset beresiko termasuk minyak. Apalagi OPEC dalam pertemuan 1 Februari kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan produksinya,” kata Vandy.
Walaupun, bank sentral menaikan suku bunga 25 bps namun harga minyak tidak akan turun signifikan dan minyak tidak mungkin jatuh dibawah US$ 70 per barel dan akan berjuang untuk mendekati US$ 90 per barel.
Pasar juga berada di bawah tekanan dari indikasi pasokan Rusia yang kuat, meskipun ada larangan Uni Eropa dan pembatasan harga G7 yang diberlakukan atas invasi Ukraina. Kedua tolok ukur minyak minggu lalu mengalami kerugian mingguan pertama mereka dalam tiga.
Selain pertemuan bank sentral, pertemuan para menteri utama dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia pada hari Rabu, yang dikenal sebagai OPEC+, juga akan menjadi fokus. Pertemuan panel OPEC+ pada hari Rabu kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan produksi minyak - meskipun PVM mengatakan akan mengejutkan dengan pemotongan kecil.
Minyak naik lebih awal pada hari Senin di tengah ketegangan di Timur Tengah menyusul serangan pesawat tak berawak di produsen minyak Iran. Meskipun belum jelas apa yang terjadi di Iran, setiap eskalasi di sana berpotensi mengganggu aliran minyak mentah.
Harapan kenaikan permintaan Tiongkok telah mendorong minyak pada tahun 2023. Importir minyak mentah terbesar dunia berjanji selama akhir pekan untuk mempromosikan pemulihan konsumsi yang akan mendukung permintaan.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Anggarkan Dana Rp 250 Miliar, Cisadane (CSRA) Bidik Kenaikan Produksi CPO 25%
CSRA membidik kenaikan produksi 25% dengan mengalokasikan belanja modal hingga Rp 250 miliar tahun iniMahfud MD Sebut Eselon I Tutup Akses Sri Mulyani Terkait Data Pencucian Uang di Kemenkeu
Menkeu sempat menanyakan kepada pejabat Kemenkeu terkait surat PPATK tentang transaksi mencurigakan.Hindari Kemacetan Arus, Cuti Bersama Libur Idulfitri Digeser Maju dan Tambah 1 Hari
Pemerintah resmi merevisi cuti bersama dan libur Idulfitri dengan penambahan satu hariKepala PPATK Ungkap Transaksi Janggal Rp189 Triliun di Kemenkeu
Berikut analisa transaksi TPPU senilai Rp 189 di Kemenkeu berdasarkan analisa PPTAKDi DPR, Mahfud Beberkan Transaksi Dugaan TPPU Rp 349 Triliun
Transaksi mencurigakan senilai Rp 349 triliun terbagi dalam tiga kelompok.Tag Terpopuler
Terpopuler
