Minggu, 28 Mei 2023

Mulai Turun Akhir Januari 2023, Begini Proyeksi Pasar Kripto pada Februari

Indah Handayani
31 Jan 2023 | 14:41 WIB
BAGIKAN
Suvenir berlapis emas cryptocurrency Tether (USDT), Bitcoin, dan koin Etherium diatur di samping layar yang menampilkan grafik perdagangan di London pada 8 Mei 2022. (FOTO: JUSTIN TALLIS / AFP)
Suvenir berlapis emas cryptocurrency Tether (USDT), Bitcoin, dan koin Etherium diatur di samping layar yang menampilkan grafik perdagangan di London pada 8 Mei 2022. (FOTO: JUSTIN TALLIS / AFP)

JAKARTA, investor.id - Pasar kripto memasuki tahun baru dengan semangat bullish. Namun, pasar kripto mulai turun menjelang akhir Januari 2023. Bagaimana dengan proyeksi Februari nanti? Ini proyeksinya.

Tim riset Tokocrypto menjelaskan, Bitcoin (BTC) yang merupakan kripto dengan market cap terbesar saja mampu memperoleh keuntungan lebih dari 35% dalam bulan pertama 2023. Kapitalisasi pasar kripto global pun melampaui angka US$ 1 triliun setelah menghabiskan beberapa bulan di bawah US$ 900 miliar.

Tim Riset Tokocrypto melihat Februari kemungkinan besar masih menjadi bulan yang baik untuk pasar kripto.Berdasarkan indeks Bitcoin Monthly Returns dalam dua tahun terakhir, Februari menjadi bulan bullish bagi Bitcoin. Apalagi Bitcoin mampu mendekati rekor keuntungan lebih dari 40% di awal tahun yang terakhir terjadi pada Januari 2013.

“Februari optimis pasar kripto masih dalam tren bullish. Terlepas dari situasi makroekonomi ke depan, dari indeks Bitcoin Monthly Returns, BTC selalu untung di bulan Februari ini. Namun, investor juga patut waspada dengan efek dari kebijakan moneter The Fed,” Tim riset Tokocrypto, Selasa (31/1/2023).   

Tim riset Tokocrypto menjelaskan, Menjelang rapat Federal Open Pasar Committee (FOMC) di mana jadi salah satu momen penentu pergerakan ekonomi dunia, pasar kripto terlihat koreksi dan investor cenderung memilih untuk wait and see. Rapat FOMC akan berlangsung pada 31 Januari hingga 1 Februari 2023. Kemungkinan besar The Fed akan kembali menaikkan suku bunga, namun tidak terlalu agresif dengan target kenaikan 25 basis poin (4,5% menjadi 4,75%).

“Penurunan ini juga kemungkinan karena kurangnya semangatnya investor dalam memperoleh keuntungan. Terlihat dari volume perdagangan Bitcoin telah melonjak 38,9%, sementara harganya tampaknya turun, menunjukkan tekanan jual yang lebih tinggi,” papar Tim riset Tokocrypto.

Tim riset Tokocrypto menambahkan, inflasi di AS mendingin, dan suku bunga juga diperkirakan lebih ringan dari sebelumnya menjadi katalisator yang positif bagi pergerakan pasar kripto. Oleh karena itu, sentiment investor kemungkinan akan membaik selama beberapa bulan ke depan. Meskipun tidak ada yang dapat dikatakan dengan pasti sampai pertemuan FOMC selesai, banyak yang berharap segalanya menjadi lebih baik.

“Terlepas dari kenaikan suku bunga, investor juga akan fokus pada komentar yang dibuat oleh Ketua The Fed, Jerome Powell tentang ketahanan ekonomi, pasar kerja, pemulihan makro di AS. Jika dia mengisyaratkan langkah-langkah pelunakan ke depan, maka lonjakan harga jangka pendek diharapkan dapat terwujud,” jelas Tim riset Tokocrypto.

Dengan demikian, aktivitas pasar dapat melonjak setelah diskusi FOMC selesai mengingat hasilnya positif. Namun, jika kenaikan suku bunga lebih tinggi dari yang diantisipasi, mungkin ada aksi jual yang lebih besar.

Dari segi analisis teknikal, jika The Fed memutuskan hasil seperti yang diharapkan, maka kenaikan sesaat yang dipicu oleh hype dapat membantu Bitcoin melampaui US$ 25.400 atau sekitar Rp 380 juta (kurs US$ 1 = Rp 14.989). Namun, jika kenaikan tersebut dianggap sebagai perpanjangan hawkish oleh investor, maka penurunan kemungkinan besar terjadi ke sekitar US$ 20.700 atau Rp 310 juta dapat diharapkan dan paling pahit menuju area US$ 18.800 (Rp 281 juta).

“Level US$ 24.000 sebagai zona penting bagi BTC untuk masuk periode bullish lanjutkan. Jika menembus titik itu mengharapkan likuiditas naik untuk dieksploitasi hingga dapat mendorong harga ke kisaran level resistensi di US$ 25.000,” kata Tim riset Tokocrypto.

Di sisi lain dari Fear and Greed Index Crypto menunjukkan, Bitcoin (BTC) telah berada di luar zona ‘Fear’ selama 11 hari berturut-turut. Ini adalah waktu terlama Bitcoin berada di luar zona ‘Fear’ sejak bulan Maret 2022 lalu. Sentimen Bitcoin masih positif per 30 Januari 2023 dengan berada di zona ‘Greed’ dengan skor 61, level tertinggi sejak BTC menyentuh ATH pada 16 November 2021, ketika harganya mencapai US$ 69.000.

Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 59 menit yang lalu

Pinang Dana Talangan Kini Bisa Diakses Semua Agen BRILink

Produk pinjaman digital Bank Raya, Pinang Dana Talangan kini bisa diakses oleh semua Agen BRILink. Hal ini untuk mendukung usaha para agen
Market 2 jam yang lalu

Heboh, Meme Coin PEPE Naik Drastis!

Pasar kripto dihebohkan dengan kripto baru bergambar katak hijau bernama PEPE Coin (PEPE). Kripto ini naik drastis dalam 30 hari
Finance 2 jam yang lalu

DMS Bank Dilirik Pemodal asal Shenzhen

DMS Bank fokus melengkapi segala persyaratan untuk pengajuan perizinan dari sebuah bank umum syariah.
Business 3 jam yang lalu

Harga Gas Naik, Industri Keramik Makin Menjerit

Kenaikan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dari US$ 6/mmbtu menjadi US$ 6,3-6,5/mmbtu semakin menekan industri keramik.
Finance 4 jam yang lalu

Upbit Kembali Buka Setoran Rupiah,Pengguna Antusias

Upbit kembali buka setoran rupiah
Copyright © 2023 Investor.id