Minggu, 2 April 2023

Menggeliat Lagi! Pemodal Buru Saham Teknologi dan Bank Digital

Parluhutan Situmorang
2 Feb 2023 | 21:36 WIB
BAGIKAN
Karyawan melintas di depan logo Bank Jago di Jakarta.  Foto ilustrasi: BeritaSatu Photo/Mohammad Defrizal
Karyawan melintas di depan logo Bank Jago di Jakarta. Foto ilustrasi: BeritaSatu Photo/Mohammad Defrizal

JAKARTA, Investor.id – Keputusan The Fed yang hanya menaikkan suku bunga acuan ‘sebesar 25 basis poin membangkitkan optimisme pelaku pasar terhadap saham teknologi dan bank digital. Keputusan tersebut langsung direspons indeks Nasdaq dengan kenaikan 2% (1/2/2023), melanjutkan rally sejak awal tahun. Dengan demikian, indeks Nasdaq telah melonjak 12,9% terhitung sejak awal tahun.

Kebijakan Fed Funds Rate (FFR) yang makin moderat menjadi sinyal bahwa laju inflasi cenderung terkendali dan kekhawatiran terhadap resesi global mulai mereda. Karena inflasi dan resesi menjadi mimpi buruk saham teknologi sepanjang tahun lalu, pelaku pasar menganggap situasi saat ini adalah waktu yang tepat untuk masuk kembali.

“Kebijakan terakhir Fed dan data perekonomian AS dianggap sebagai sinyal terang bagi tech company. Setelah Nasdaq anjlok lebih dari 25% sepanjang tahun lalu, banyak investor menilai ini saat yang tepat untuk membeli saham. Terlalu banyak saham teknologi yang harganya murah dan investor tidak mau kehilangan peluang terbaik untuk mengakumulasi di harga bawah,” kata analis Samuel Sekuritas Farras Farhan dalam risetnya.

Kebangkitan Nasdaq juga menular ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham teknologi dan bank digital kembali menjadi incaran karena investor tidak mau ketinggalan berburu barang bagus yang harganya murah.

“Setelah investor menikmati banyak cuan dari saham-saham batu bara, sekarang mereka pindah ke sektor lain yang tahun lalu paling banyak penurunannya. Itulah mengapa bank digital dan tech stock menjadi prioritas. Apalagi, kondisi makro ekonomi mulai kondusif dan saat yang sama harga batu bara melemah tajam,” sebut Farras.

Pada perdagangan hari ini, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menguat 9,73% ke level Rp124. Kenaikan harga saham disertai dengan volume transaksi yang sangat tinggi. Sebanyak 5 miliar saham GOTO berpindah tangan dengan turn over mencapai Rp 722 miliar. Nilai transaksi ini melampaui big cap.

Tak hanya itu, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), juga menikmati gelombang kenaikan harga saham. Pada perdagangan hari ini, saham Bank Jago ditutup melonjak 12,85% ke level Rp 3.600. Harga ini melampaui level Rp 3.560 yang menjadi titik kritikal saham ARTO agar bisa bertahan di indeks global (MSCI).

Lonjakan harga saham ARTO sejalan dengan peningkatan volume transaksi. Total transaksi mencapai Rp 175 miliar dengan melibatkan 50 juta saham. Bahkan, saham ini mencatatkan pembelian bersih (net buy) oleh investor asing senilai Rp 36,47 miliar.

“Kenaikan harga saham yang disertai dengan volume transaksi menunjukkan minat investor yang sangat tinggi terhadap emiten. Ini akan menjadi gambaran pergerakan harga saham ke depan, selama pasar berada dalam fase naik,” jelas Farras.

Volume transaksi saham Bank Jago juga jauh melampaui para kompetitornya di bank digital. Saham Allo Bank (BBHI) misalnya, hanya ditransaksikan sebanyak Rp 4 miliar meski saham naik 5,54%. Begitu juga Bank Aladin (BANK) dan BNBA hanya belasan miliar. Sementara itu, Bank Neo Commerce (BBYB) dan Bank Raya (AGRO) ditransaksikan senilai Rp 86 miliar dan Rp 42 miliar.

Dibandingkan para pesaingnya sesama bank digital, saham Bank Jago dinilai paling bayak diburu karena tiga alasan. Pertama, Bank Jago beroperasi sangat efisien dan lebih fokus pada pertumbuhan yang berkualitas. Karena itu, manajemen menghindari perang praktik 'bakar uang; dalam bentuk persaingan bunga DPK tinggi.

Kedua, pionir bank digital ini juga berhasil membangun kemitraan dengan banyak ekosistem dengan berbagai macam latar bisnis. Selain memperkuat soliditas dengan ekosistem GOTO, manajemen Bank Jago bakal lebih agresif membangun kolaborasi dengan BFI Finance untuk pembiayaan ekosistem otomotif.

“Peluangnya sangat besar dan akan kami optimalkan tahun ini, baik dalam bentuk credit channelling maupun joint financing,” kata Sonny Christian Joseph, Direktur Partnership Business Bank Jago.

Di luar ekosistem BFIN dan GOTO, Bank Jago juga membidik para pengguna Bibit dan Stockbit untuk memperluas basis nasabah yang berpotensi mendatangkan dana murah (CASA). Tahun lalu, porsi CASA Bank Jago mencapai lebih 60% dari total DPK.

Faktor ketiga, saham Bank Jago paling banyak melemah tahun lalu setelah mencapai puncak tertingginya (all time high) di Rp 19.000. “Turunnya sudah terlalu jauh. Jadi banyak investor yang berekspektasi kinerja Bank Jago makin solid pada tahun ini dan akan tercermin pada harga saham, baik dalam jangka pendek maupun menengah. Seperti GOTO, Bank Jago juga menikmati rebound dan berpotensi rally ke harga wajarnya” ungkap Farras

Editor: Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 2 jam yang lalu

Antam (ANTM) Investasi Besar-besaran, Potensi Cuan Sahamnya Masih Tebal

Antam (ANTM) akan investasi besar-besaran seiring keterlibatannya dalam ekosistem kendaraan listrik (EV). Potensi cuan ANTM masih tebal.
Business 2 jam yang lalu

Teknologi OpenAI pada Zoom Memperkuat Fleksibilitas Pengguna

Membangun solusi AI ke dalam produk Zoom untuk mendukung pelanggan agar menjadi lebih produktif.
Macroeconomy 4 jam yang lalu

12 Juta Wajib Pajak Laporkan SPT, Tingkat Kepatuhan?

Hingga 31 Maret 2023 pukul 24.00 WIB, DJP telah menerima 12,01 juta Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) dari wajib pajak.
Market 4 jam yang lalu

Produsen Kopiko Punya Orang Terkaya (MYOR) Cetak Pendapatan Rp 30,6 T

Produsen permen Kopiko, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencetak penjualan bersih Rp 30,66 triliun sepanjang 2022.
Business 4 jam yang lalu

Pasca Ledakan di Kilang Dumai, Pertamina Pastikan Distribusi BBM dan LPG Aman

"Masyarakat jangan khawatir stok yang ada aman
Copyright © 2023 Investor.id