Minggu, 2 April 2023

Perhatian! Saham Batu Bara Masuk Fase Konsolidasi

Zsazya Senoritas / Yunia Rusmalina
9 Feb 2023 | 04:45 WIB
BAGIKAN
Investor memantau pergerakan saham. (B Universe Photo/David Gita Roza)
Investor memantau pergerakan saham. (B Universe Photo/David Gita Roza)

JAKARTA, investor.id – Setelah berkibar tahun 2022, saham batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi masuk fase konsolidasi tahun ini, seiring normalisasi harga emas hitam di pasar global. Adapun rebound sejumlah saham batu bara unggulan pada perdagangan di BEI, belum lama ini, lebih dipicu faktor teknikal.

Pada Selasa (7/2/2023), sejumlah saham batu bara kompak naik, seperti PT Indotambang Raya Megah Tbk (ITMG) sebesar 7,67%, sedangkan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) masing-masing 6,44%, 5,36%, dan 3,96%. Selanjutnya, harga saham PT Harum Energy HRUM dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik masing-masing 3,05% dan 2,82%.

Akan tetapi, pada Rabu (8/2/2023), harga saham-saham batu bara unggulan itu bergerak mixed. Saham ITMG turun 1,1%, PTBA naik 0,58%, INDY turun 0,4%, ADRO naik 1%, HRUM naik 0,3%, sedangkan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 1,1%.

Baca juga: Kasus Gugatan Kreditur, Garuda (GIAA) Belum Terima Notifikasi dari PN Jakpus

Coal sector masih dalam keadaan downtrend. Secara garis besar, investor mencermati peningkatan probabilitas resesi, sehingga memengaruhi penurunan permintaan di sektor komoditas, khususnya batu bara,” jelas Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta kepada Investor Daily, Selasa (7/2/2023) malam.

Nafan melihat, terjadi technical rebound harga batu bara di Newcastle Coal Futures dari level terendah US$ 235 per ton ke US$ 250 per ton lebih. Hal ini dilatarbelakangi harapan pemulihan ekonomi di Tiongkok yang akan mendorong kenaikan permintaan batu bara.

Di Tiongkok, ungkap Nafan, sedang terjadi perubahan cuaca secara ekstrem. Saat terjadi kekeringan, pembangkit listrik tenaga air kurang optimal dalam menghasilkan energi. Dengan demikian, Tiongkok perlu mencari energi alternatif untuk menggerakan industri pembangkit listriknya. “Salah satunya adalah batu bara sebagai sumber daya alam yang tersedia,” ujar dia.

Maka dari itu, harga batu bara mengalami technical rebound yang juga mengangkat harga saham-saham batu bara di Indonesia. “Tetapi, batu bara di Newcastle Coal Future memang masih dalam keadaan downtren,” ungkap dia. 

Baca juga: Usai IPO, Pelita Teknologi (CHIP) Genjot Penjualan ke Luar Negeri

Tahun sebelumnya, dia menegaskan, pandemi menyebabkan disrupsi rantai pasok dan membuat ledakan harga komoditas. Tetapi, saat ini, disrupsi rantai pasok sudah mereda, sehingga harga komoditas masuk fase normalisasi.

Dalam jangka pendek dan menengah, dia menuturkan, Mirae Asset Sekuritas mencermati laporan keuangan emiten batu bara sepanjang 2022 yang diyakini progresif, terutama dari sisi laba bersih. Para investor dipastikan mengamati potensi pembagian dividen dari masing-masing emiten batu bara.

“Memang sebenarnya bisa menarik ya kalau dilihat dari performa proyeksi kinerja bottom line yang masih berjalan progresif tahun lalu. Tetapi 2023 ya saya pikir karena performa rata-rata harga jualnya mengalami degradasi, tentunya investor menanti realisasi hilirisasi supaya meningkatkan added value,” pungkas dia.

Baca juga: DPR: IPO PGE Bukan Privatisasi

Berdasarkan data Trading Economics, Rabu (6/2/2023), pukul 21.43 WIB, harga batu bara di ICE Newcastle Coal Futures, naik 8,79% ke level US$ 255 per ton. Namun, secara year to date, harga batu bara di bursa ini merosot 37% dari sebelumnya US$ 404 per ton.

Sementara itu, JP Morgan mencatat, harga batu bara menukik tajam dari kisaran US$ 400 per ton ke US$ 260 per ton akhir Januari 2023. Pemicunya adalah kenaikan stok dan koreksi harga gas alam.

“Kami tidak terkejut dengan penurunan harga batu bara. Tetapi, kami terkejut oleh besaran penurunannya. Selain itu, harga batu bara Indonesia berkalori rendah turut ambles, seiring turunnya permintaan ekspor di tengah kecukupan pasokan,” tulis JP Morgan dalam catatan harian.

JP Morgan menurunkan rekomendasi saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan Banpu Pcl ke netral, sedangkan Bukit Asam PTBA menjadi underweight. Broker ini waspada ke saham batu bara dan hanya menetapkan rekomendasi overweight ke saham PT Indotambang Raya Megah Tbk (ITMG). Alasannya, perusahaan ini diprediksi memberikan dividen besar pada April 2023 dengan yield dividen 10%.

Baca juga: Arya Sinulingga: IPO PHE Tunggu Audit Laporan Keuangan 

Di sisi lain, Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menyatakan, saham ADRO masih berpotensi rebound kuartal III atau IV tahun ini dan testing support Rp 2.650. Jika level itu tertembus, saham ADRO masuk era konsolidasi panjang, sama seperti tahun 2010-2021 di kisaran Rp 440-2.700. Tahun ini, dia menyatakan, prediksi kisaran harga saham ADRO Rp 1.600-4.000.

Wahyu menambahkan, saham BUMI bisa break bearish jika menyentuh Rp 127, lalu support Rp 132, Rp 127, Rp 100, Rp 90, Rp 80, sedangkan resistance Rp 159, Rp 169, Rp 178, Rp 199, dan Rp 220. Saham ITMG juga sedang koreksi menuju support Rp 32.200. Jika tembus, ITMG akan kembali ke level konsolidasi panjang seperti 2012-2021 di level Rp 32.000-47.000.

Di sisi lain, support saham BYAN Rp 18.000, Rp 17.000, Rp 16.000, Rp 15.000, Rp 14.000, Rp 13.000, Rp 12.000 dan resistance Rp 20.000, Rp 21.000, Rp 22.000, Rp 23.000, Rp 24.000. Sementara itu, saham INDY sedang menembus support yang bisa memicu berbaliknya trend bullish sejak 2020. Pada tahun 2023, pergerakan harga saham INDY diprediksi Rp 1.250-3.400.

Dia menambahkan, saham PTBA sedang koreksi untuk testing level Rp 3.180. Jika tertembus, saham PTBA akan bearish dan memasuki level konsolidasi panjang seperti pada 2019-2021, yakni di level Rp 1.500-3.180. Cerita berbeda, kata dia, dialami saham HRUM, yang masih stabil Sejak Juli 2022 hingga kini, saham HRUM bergerak di rentang Rp 1.335-2050. Jika salah satu level itu tertembus, akan memicu arah lanjutan naik atau turun. 

Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 14 menit yang lalu

Duh, Kerugian Indofarma (INAF) Bertambah Besar hingga 10 Kali Lipat Lebih

Indofarma (INAF) belum keluar dari masa-masa sulit. Kerugian bertambah besar hingga 10 kali lipat lebih.
Market 2 jam yang lalu

Antam (ANTM) Investasi Besar-besaran, Potensi Cuan Sahamnya Masih Tebal

Antam (ANTM) akan investasi besar-besaran seiring keterlibatannya dalam ekosistem kendaraan listrik (EV). Potensi cuan ANTM masih tebal.
Business 3 jam yang lalu

Teknologi OpenAI pada Zoom Memperkuat Fleksibilitas Pengguna

Membangun solusi AI ke dalam produk Zoom untuk mendukung pelanggan agar menjadi lebih produktif.
Macroeconomy 4 jam yang lalu

12 Juta Wajib Pajak Laporkan SPT, Tingkat Kepatuhan?

Hingga 31 Maret 2023 pukul 24.00 WIB, DJP telah menerima 12,01 juta Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) dari wajib pajak.
Market 4 jam yang lalu

Produsen Kopiko Punya Orang Terkaya (MYOR) Cetak Pendapatan Rp 30,6 T

Produsen permen Kopiko, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencetak penjualan bersih Rp 30,66 triliun sepanjang 2022.
Copyright © 2023 Investor.id