JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam sepekan ke depan diperkirakan terkoreksi karena para pelaku pasar terindikasi akan melakukan profit taking. Sebab IHSG sudah naik kencang dalam sepekan terakhir.
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengatakan, kenaikan IHSG dalam sepekan terakhir tergolong agresif, meskipun penurunan pada pekan sebelumnya juga tak kalah agresif.
Baca juga: Beberapa Sentimen yang Bisa Pengaruhi Pasar Saham, Investor Perlu Tahu
Andhika merekomendasikan para investor untuk mengurangi porsi di saham, terutama saham big cap di sektor perbankan, lalu menambah porsi di instrumen investasi yang lebih low risk. Apabila ingin masuk ke saham, investor bisa menambah bobot di emiten sektor komoditas, khususnya CPO dan batu bara.
Seperti diketahui, pemerintah kembali membuka ekspor CPO mulai 23 Mei 2022. Selain itu, harga batu bara melonjak dan menyentuh level US$ 421,1 per ton untuk kontrak Juni 2022.
Dia merekomendasikan buy saham TAPG, dengan level support Rp 645 dan resistance Rp 790 dalam sepekan ke depan. Kemudian, INDY dengan level support Rp 2.470 dan resistance Rp 3.400, serta SMRA dengan level support Rp 635 dan resistance Rp 760.
Lebih lanjut Andhika mengatakan, potensi perubahan status pandemi menjadi endemi diharapkan mampu mendorong perekonomian Indonesia kembali membaik dan meningkatkan daya beli masyarakat. “Beberapa saham barang konsumsi dengan market cap besar, seperti UNVR, ICBP, dan HMSP akan menjadi penahan penurunan IHSG dan akan menjadi sektor defensif saat kenaikan suku bunga,” ujarnya.
Baca juga: TERPOPULER: Potensi Cuan Gede dari WIRG, BBYB, hingga Nasib Pasar Kripto
Sementara itu, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga memperkirakan IHSG bakal terkoreksi dengan menguji level 6.737-6.900 dalam sepekan ke depan.
Investor dapat melakukan buy on weakness (BoW) pada saham-saham pilihan seperti di sektor barang konsumsi, CPO, dan properti. "Transisi ke endemi ini juga merupakan katalis positif untuk menggerakkan kembali perekonomian Indonesia dan hal ini dapat berpengaruh ke sektor infrastruktur dan ritel," pungkasnya.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait