

Karyawan melihat monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Foto ilustrasi: Beritasatu Photo/Uthan AR
Proyek Baterai EV Panaskan Saham Antam
Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)
JAKARTA, Investor.id – Proyek baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) yang segera bergulir di Indonesia dianggap mampu memanaskan saham PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Sebab, BUMN pertambangan itu terlibat dalam megaproyek investasi jumbo tersebut.
Pada penutupan perdagangan Rabu (13/1/2020), saham Antam berkode ANTM melonjak 12,6% ke level Rp 3.120, dengan volume 1,2 miliar senilai Rp 3,8 triliun, tertinggi di Bursa Efek Indonesia. Sepanjang 2021, saham ANTM naik 60%.
“Saham Antam menggeliat, didorong proyek baterai mobil listrik di Indonesia,” ujar analis pasar modal Reza Priyambada.
Pemerintah Indonesia sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan LG Energy Solution untuk membangun pabrik baterai senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun. Setelah ini, akan diteken head of agreement (HoA) oleh konsorsium BUMN Indonesia Battery yang dipimpin MIND ID beserta Antam, PT Pertamina, dan PT PLN (Persero) dan LG.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan, proyek baterai mobil listrik akan dibangun dari hulu hingga hilir Indonesia Holding Battery bersama LG Group yang juga menggaet sejumlah pabrikan otomotif asal Negeri Ginseng, seperti Hyundai.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyambut baik pembangunan pabrik baterai EV di Indonesia. Sebab, baterai dapat diekspor ke sejumlah negara yang telah lebih dahulu memproduksi EV.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, pembanguna pabrik komponen utama mobil listrik, salah satunya baterai, lebih penting ketimbang pabrik perakitan EV. Pasalnya, Indonesia memiliki bahan baku untuk pembuatan baterai listrik, yakni nikel. Selain itu, beragam komponen mobil listrik itu akan dapat diekspor ke pabrik-pabrik produsen mobil listrik yang sudah lebih dulu berdiri di luar negeri.
"Kalau komponen dibuat di Indonesia bisa supply ke Tesla, Hyundai, Toyota, BMW, Marcedes, segala macam. Itu volumenya jauh lebih besar ketimbang mobilnya. Jadi itu lebih global oriented kalau komponen yang dibuat di Indonesia," kata Kukuh.
Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily