

Kegiatan di perusahaan transportasi Sidomulyo Selaras
Sidomulyo Selaras Kaji Berbagai Opsi Pelunasan Utang
Ghafur Fadillah
JAKARTA, investor.id - PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU) berupaya melunasi utang sebanyak Rp 160 miliar dengan dua opsi, mulai dari perpanjangan tenor hingga konversi ke saham. Hingga saat ini opsi tersebut dalam tahap negosiasi.
Direktur Keuangan Sidomulyo Selaras Erwin Hardiyanto menjelaskan, perseroan saat ini tengah berupaya mencari jalan terbaik untuk restrukturisasi pembayaran bunga dan utang kepada pihak kreditur. Adapun opsi tersebut saat ini masih dalam tahap diskusi antara kedua perusahaan.
“Apabila utang yang kami miliki dapat dikonversi ke saham, hal ini dapat meningkatkan kinerja dan menekan beban perusahaan kedepannya,” jelasnya dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Kamis (3/12).
Erwin menambahkan, apabila konversi utang ke saham tidak memungkinkan, opsi perseroan masih terbuka lebar salah satunya yakni dengan perpanjangan tenor. Untuk diketahui utang perseroan yang berjumlah Rp 160 miliar tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Mei 2022.
“Selain itu kami juga melakukan pencarian investor baru dengan melakukan Roadshow, namun perseroan mengakui kesulitan melakukan diskusi akibat pandemi,” ujarnya
Lebih lanjut, selain berupaya melunasi utang, perseroan juga melakukan efisiensi demi meningkatkan kinerja secara operasional. Salah satu strategi yang digunakan oleh perseroan yakni dengan optimalisasi volume pengangkutan sehingga lebih efektif.
“Kami juga memutuskan untuk tidak melakukan peremajaan atau penambahan armada baik pada tahun ini atau 2021, demi menjaga Cashflow agar tetap sehat,” kata dia
Dari segi kontrak, perseroan menjelaskan saat ini perseroan sedang mengikuti sejumlah tender pengangkutan minyak mentah yang berlokasi di Sumatera Selatan dan Jambi, adapun proses pemenangan tender ini akan selesai pada tahun depan. Adapun anggaran belanja modal pada tahun 2021 akan disesuaikan dengan tender tersebut.
Selain kontrak lain, perseroan optimistis tahun depan dapat membukukan peningkatan volume angkut sejalan dengan target pemerintah untuk menggenjot Lifting minyak mentah hingga 1 Juta barel.
Sementara itu, hingga kuartal-III, emiten berkode saham SDMU tersebut memperoleh pendapatan turun sebanyak 23,82% menjadi Rp 63,99 miliar dari sebelumnya di tahun 2019 yakni Rp 84 miliar.
Erwin mengatakan hal ini sebagian besar disebabkan oleh menurunya volume transportasi kendaraan akibat pandemi, ditambah dengan depresiasi dan selisih kurs.
“Terutama dalam pembiayaan bahan bakar yang meningkat drastis, pandemi mengubah pola transportasi angkutan yang biasanya dilakukan oleh perseroan, saat ini armada kami pulang tanpa muatan. Hal ini meningkatkan biaya HPP,” pungkasnya.
Alhasil dengan berbagai faktor tersebut, rugi bersih yang diderita oleh perseroan mengalami lonjakan hingga 181% menjadi Rp 44,8 miliar, padahal pada periode sebelumnya merugi Rp 15,92 miliar.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily