JAKARTA, investor.id - Harga minyak terpantau bergerak menguat pada Rabu pagi (30/11/2022). Didukung oleh sentimen dari rilisnya laporan EIA, situasi Covid-19 di Tiongkok dan isyarat OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksinya. Meski demikian, pembicaraan batas harga yang masih menemui jalan buntu membatasi pergerakan harga lebih lanjut.
Tim Research and Development ICDX mengatakan, persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dalam sepekan merosot turun sebesar 7.85 juta barel, ungkap laporan yang dirilis oleh grup industri American Petroleum Institute (API) untuk pekan yang berakhir 25 November. Laporan tersebut mengindikasikan permintaan yang sedang kuat di pasar AS.
“Meski demikian, pasar masih menantikan angka resmi versi pemerintah yang akan dirilis Rabu malam oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA),” tulis Tim Research and Development ICDX dalam risetnya, Rabu (30/11/2022).
Baca juga: Minyak Naik di Tengah Ekspektasi Pelonggaran Covid-19 Tiongkok
Dari Tiongkok, Tim Research and Development ICDX menambahkan, dilaporkan bahwa angka infeksi harian Covid mencapai 37.828 kasus pada 29 November, turun dari 38.645 kasus sehari sebelumnya, ungkap Komisi Kesehatan Nasional pada Rabu (30/11/2022). Penurunan tersebut sekaligus menandai penurunan kasus selama dua hari berturut-turut.
“Situasi tersebut memicu harapan akan dilonggarkannya pembatasan, yang berdampak positif pada permintaan bahan bakar di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu,” tambah Tim Research and Development ICDX.
Baca juga: Minyak Ditutup Bervariasi
Tim Research and Development ICDX menambahkan, dukungan terhadap harga minyak juga datang dari OPEC dan sekutunya yang kemungkinan akan tetap mempertahankan kebijakan pemangkasan produksi dalam pertemuan 4 Desember mendatang, ungkap 5 sumber dari OPEC+ pada hari Selasa. Selain itu, 2 dari 5 sumber tersebut juga mengatakan potensi untuk pengurangan produksi tambahan juga kemungkinan akan dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan harga yang turun karena kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Berita tersebut menguatkan pernyataan sebelumnya dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman yang mengatakan bahwa pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 2 juta bph akan berlanjut hingga akhir 2023.
Baca juga: Rusia Susun Aturan Larangan Ekspor, Harga Minyak Ikut Terdongkrak
Sementara itu, Tim Research and Development ICDX menyebut, pertemuan para pemimpin Uni Eropa (UE) untuk menyepakati batas harga minyak Rusia hingga hari Selasa masih menemui jalan buntu. Penolakan tersebut masih datang dari Polandia, Lituania, dan Estonia yang menginginkan batas harga sebesar US$30 per barel.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 82 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 75 per barel,” tutup Tim Research and Development ICDX.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS