Trimegah Persada Entitas Nikel Harita (NCKL) Perluas Pengolahan Nikel Setelah IPO

JAKARTA, investor.id – Perusahaan nikel Indonesia PT Trimegah Bangun Persada (TBP), bagian dari konglomerat Harita Group, berencana untuk meningkatkan kapasitas pengolahannya menggunakan sebagian dari hasil penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham yang direncanakan pada April 2023, kata seorang eksekutif puncak di perseroan, yang dikutip dari Reuters.
Pada Rabu (15/3), TBP yang juga dikenal sebagai Harita Nickel mengumumkan rencana menghimpun dana hingga US$ 650 juta dalam IPO, meskipun telah memperoleh persetujuan regulator untuk menjual saham senilai hingga Rp 15,12 triliun (US$ 985,66 juta).
Perusahaan dalam kemitraannya dengan Lygend Resources Tiongkok saat ini mengoperasikan pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (high pressure acid leach/ HPAL) di Pulau Obi timur Indonesia. Kapasitas produksi pabrik tersebut kini mencapai 55.000 ton endapan hidroksida campuran (MHP).
Perusahaan memiliki anak perusahaan yang mengoperasikan pabrik peleburan feronikel dengan total kapasitas gabungan sebesar 305.000 ton per tahun.
Investasi yang direncanakan TBP akan menambah 12 lini lagi untuk memproduksi feronikel dan tiga lini lagi untuk MHP, kata Direktur Utama Trimegah Bangun Persada Roy Arman Arfandy, dilansir Sabtu (18/3).
“(TBP) diposisikan secara strategis untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatnya kebutuhan baterai di industri kendaraan listrik, sebagai tanggapan atas inisiatif transisi energi. Hal ini akan meningkatkan permintaan bijih nikel dan MHP,” tambah Roy.
Perseroan juga memiliki rencana jangka panjang untuk membangun pabrik stainless steel pada 2025 mendatang, ujarnya.
Sementara mencari investor yang sadar lingkungan, TBP berencana investasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 300 megawatt (MW) pada 2025. Pihaknya menambahkan pabrik milik perusahaan tidak membuang tailing ke laut.
TBP membukukan laba Rp 4,3 triliun pada Januari hingga November 2022, tiga kali lipat laba pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut pernyataan perusahaan.
Adapun pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel sejak 2020, yang mendorong investasi fasilitas pengolahan logam tersebut.
Merdeka Battery Materials, pemilik penambang dan peleburan nikel lainnya di Indonesia, juga sedang mempertimbangkan listing di dalam negeri untuk mendapatkan antara US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar, menurut laporan IFR.
Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing
Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online
Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utamaBank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).Kekayaan Lim Hariyanto Pemilik Harita Melonjak, Geser Posisi 12 Konglomerat!
Kekayaan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, pemilik Grup Harita, tiba-tiba melonjak. Bahkan mengalahkan 12 atau selusin konglomerat.Tag Terpopuler
Terpopuler
