Kamis, 23 Maret 2023

Terkoreksi 8,75%, Saham PGEO Termasuk High Risk Stock Investment

Kunradus Aliandu
28 Feb 2023 | 21:26 WIB
BAGIKAN
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan (listing) perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/2/2023). (Ist)
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan (listing) perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/2/2023). (Ist)

JAKARTA, investor.id – Perdagangan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) di Bursa Efek Indonesia kembali mengalami koreksi cukup dalam pada perdagangan Selasa, 28 Februari 2023. Saham PGEO terkoreksi 8,75% dan ditutup di level Rp 800 per saham.

Pengamat Pasar Modal dan CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto mengatakan, terdapat sejumlah alasan yang melatari kondisi ini. Perseroan merupakan entitas dengan tipikal intensive capital yang menyiratkan kebutuhan modal sangat tinggi dalam menjalankan bisnisnya. “Hal ini membuat PGEO tergolong pada high risk stock investment atau saham dengan risiko tinggi. Sementara para investor mengharapkan imbal hasil (return) yang tinggi pada saham-saham dengan risiko yang tinggi pula,” ujarnya, Selasa (28/2/2023).

Di sisi lain, Fendy menilai para investor dengan profil agresif dihadapkan oleh banyak pilihan saham risiko tinggi dengan imbal hasil yang lebih menjanjikan. “Hal ini membuat saham PGEO agak sulit masuk radar investor karena pilihan yang menarik lebih banyak,” ujarnya.

Advertisement

Sentimen lain yang membuat saham PGEO dipilih karena bisnis Pertamina Geothermal Energy yang terbilang masih butuh banyak pengembangan karena perseroan berada pada industri energi baru terbarukan (EBT). Padahal, kontribusi energi EBT sendiri dalam penggunaan bahan bakar pembangkit listrik masih sangat minim, yakni sekitar 13% per Desember 2022.

Fendy menilai, kondisi ini menjadi salah satu ketidaksiapan Pertamina Geothermal Energy sebagai salah satu anak usaha BUMN untuk melantai di bursa. Belum lagi struktur investor perseroan yang lebih banyak dari institusional sponsorship. “Porsi ritel relatif kecil dan itu mengakibatkan perdagangan sahamnya tidak terlalu atraktif,” tutur dia.

Editor: Kunradus Aliandu (kunradu@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 25 menit yang lalu

Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.
National 1 jam yang lalu

Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing

Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.
Business 2 jam yang lalu

Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online

Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utama
International 2 jam yang lalu

Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan

Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).
Market 2 jam yang lalu

Kekayaan Lim Hariyanto Pemilik Harita Melonjak, Geser Posisi 12 Konglomerat!

Kekayaan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, pemilik Grup Harita, tiba-tiba melonjak. Bahkan mengalahkan 12 atau selusin konglomerat.
Copyright © 2023 Investor.id