Harga SUN Diprediksi Kembali Tertekan

JAKARTA, investor.id - Harga surat utang negara (SUN) diprediksi kembali tertekan pekan ini sejalan dengan volatilitas global yang makin tinggi. Selain menunggu pengumuman kenaikan suku bunga oleh The Fed, pasar juga diselimuti kekhawatiran krisis perbankan AS yang mendorong investor asing keluar dari Indonesia.
Ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memperkirakan, dampak krisis bank di AS dan Credit Suisse di Eropa belum selesai. Sehingga kemungkinan ekspektasi terhadap terhadap suku bunga The Fed akan turun. Sedangkan tingkat imbal hasil (yield) 10 tahun kemungkinan naik ke kisaran 7-7,1%.
Baca juga: Jasa Marga (JSMR) Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo Rp 1,1 Triliun
“Tetapi di saat yang sama pekan depan ada meeting The Fed, itu yang akan jadi kunci, itu akan mendorong semua government bonds seluruh dunia bergerak,” jelas Fikri kepada Investor Daily, Minggu (19/3/2023).
Dia menyebutkan pergerakan harga dan yield SUN pekan lalu juga cukup volatil. Sehingga kemungkinan pelaku pasar akan menghindari risiko (risk averse) secara global. Risk averse pun mendorong investasi keluar dari pasar SBN Indonesia dan mengerek yield naik atau harga SUN turun.
Baca juga: Tahun ini, Bundamedik (BMHS) Patok Capex Rp 200 Miliar
“Jadi mungkin yield SUN saya ekspektasikan akan meningkat pekan depan dengan asumsi bahwa kenaikan suku bunga hanya 25 basis poin. Kalau lebih dari itu, saya kira mungkin kenaikan yield SUN akan lebih tinggi lagi,” sambung Fikri.
Dia memperkirakan yield 10 tahun di pasar obligasi Indonesia akan mencapai 7,1% sebagai nilai tengah.
Di pihak lain, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memandang, inflasi dan potensi kenaikan suku bunga di negara-negara maju masih cukup besar. Kemudian kasus Silicon Valley Bank cukup menciptakan ketidakpastian di pasar.
Baca juga: Jreng! 186 Bank AS Berisiko Gagal seperti Silicon Valley Bank
“Ketakutan atas dampak sistemic dari bancrupt bank tersebut cukup jadi ketakutan. Jadi ke depan pasar akan wait and see” ujar Ramdhan kepada Investor Daily.
Dengan likuiditas dalam negeri yang masih sangat baik pun, diyakini menjadi penopang pasar SBN saat ini, dengan investor domestik meramaikan pasar SBN Indonesia. “Saya prediksi range yield nya akan bergerak di 6,8-7% karena memang volatilitasnya meningkat,” sambung Ramdhan.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
STA Resources (STAA) Cetak Penjualan Rp 6 Triliun, Wilmar Pembeli Terbesar
Sumber Tani Agung Resources (STAA) atau STA Resources membukukan penjualan Rp 6 triliun, Wilmar menjadi pembeli terbesar.Pilarmas: IHSG Melemah Terbatas, Cuan Bakal Bertebaran pada Lima Saham Ini
Pilarmas mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, melihat IHSG hari ini berpotensi melemah terbatas. Cuan bakal bertebaran pada lima sahamMinyak Terpangkas 1% Tertekan Keputusan AS Soal Cadangan Strategis
Harga minyak terpangkas 1% pada Kamis (23/3/2023). tertekan pernyataan Menteri Energi AS bahwa pengisian ulang SPR memakan waktu lamaPandemi Covid-19 Berlalu, Adi Sarana Siapkan Capex Jumbo
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menyiapkan capex jumbo, Rp 1,5 triliun, tahun ini untuk menambah jumlah armada.MNC Sekuritas: IHSG Uji Rentang Ini, Intip Saham-Saham Calon Cuan di Hari Kejepit
MNC Sekuritas memprediksi IHSG hari ini uji rentang 6.693-6.731. Intip saham-saham calon cuan di hari kejepit ini. Salah satunya BBKP.Tag Terpopuler
Terpopuler
