JAKARTA, investor.id - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kurikulum prototipe yang saat ini sedang disosialisasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sama sekali tidak memaksa semua sekolah untuk segera menerapkan.
Menurutnya, penerapan kurikulum prototipe tergantung kesiapan masing-masing sekolah. “Jadi sama sekali tidak ada paksaan, sama sekali tidak ada dorongan, semua tergantung kesiapan masing-masing sekolah,” kata Nadiem pada Rapat Kerja bersama Komisi X DPR di Gedung DPR, Rabu (19/1/2022).
Selanjutnya, Nadiem menambahkan, pihaknya tidak memaksa sekolah untuk menerapkan kurikulum prototipe karena bersifat bertahap. “Jadi kita selalu mengkaji masukan-masukan selama kurikulum prototipe ini sedang diluncurkan di Sekolah Penggerak dan tahun depan akan ditawarkan kepada sekolah-sekolah yang merasa sudah siap untuk melakukannya,” ujarnya.
Dikatakan Nadiem, sebetulnya kurikulum prototipe ini 30% sudah diterapkan oleh sekolah selama ini melalui kurikulum darurat. Pasalnya, kurikulum prototipe ini terdiri dari penyederhanaan dan bersifat fleksibilitas.
Adapun komponen penyederhanaan sebagian besar telah ada dalam penerapan kurikulum darurat selama pandemi Covid-19 untuk mengantisipasi learning loss terjadi selama ini.
Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu.
Dikatakan Nadiem, data menunjukkan bahwa kurikulum darurat membuktikan bahwa lebih banyak meteri bukan merupakan hal yang baik. Pasalnya, kurikulum hanya menjadi pusat penitipan dari berbagai macam aspek, sehingga menyebabkan kedangkalan kemampuan literasi dan numerasi anak.
“Ternyata waktu semakin kecil materi, ternyata semakin dalam dan semakin berkualitas pembelajaran mereka. Jadi mohon ini ditekankan menjadi salah satu pembelajaran untuk kita semua. Ke depannya kita akan sangat memfokuskan pada penyederhanaan materi dan penurunan jumlah volume materi sehingga anak-anak bisa mendapatkan pembelajaran yang lebih dan juga lebih fleksibel,” ucapnya.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : BeritaSatu.com
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS