Kamis, 23 Maret 2023

Duh, Investor Indonesia Lebih Percaya Influencer

Indah Handayani
4 Mar 2023 | 10:31 WIB
BAGIKAN
ilustrasi kripto, Sumber: Antara
ilustrasi kripto, Sumber: Antara

JAKARTA, investor.id -  Survei yang dilakukan oleh Center of Economics and Law Studies (CELIOS) mengungkapkan, investor di Indonesia lebih percaya informasi finansial yang disampaikan oleh influencer sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Financial influencer di media sosial dianggap sebagai sumber informasi yang lebih bisa dipercaya daripada konsultan keuangan dan sumber-sumber lainnya seperti media massa, forum diskusi, hingga YouTube.

Survei CELIOS ini dianggap menarik dan menjadi perhatian untuk regulator hingga pelaku industri dalam memandang bagaimana investor mendapatkan informasi ketika membuat keputusan investasinya, terutama aset kripto yang sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini akan berhubungan dengan edukasi dan perlindungan konsumen untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Survei CELIOS dilakukan kepada 3.530 responden dari berbagai latar belakang. Mayoritas responden berasal dari pulau Jawa dan Bali sebesar 75,6%, disusul oleh Sumatera sebesar 14,7%.

Advertisement

VP Corporate Communication Tokocrypto Rieka Handayani, mengatakan tingginya animo masyarakat, terutama generasi muda dalam berinvestasi aset kripto didorong oleh beberapa faktor, hal terbesar adalah terpengaruh oleh eksposur figur publik atau influencer. Ia menganalogikan perkembangan ini bak pisau bermata dua. “Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan komunikasi yang menarik, namun juga membawa dampak negatif,” ungkap Rieka dalam keterangan pers, Sabtu (4/3/2023).

RIeka menjelaskan, melihat peran dan tingkat kepercayaan investor terhadap influencer dalam keputusan berinvestasi menjadi hal yang baik, bila dibarengi dengan konten yang bermanfaat, tepat dan tidak berlebihan dalam melakukan promosi suatu produk aset tertentu, sehingga menimbulkan FOMO (Fear of Missing Out) yang dapat merugikan investor maupun calon investor.

“Hal ini menjadi perhatian bersama bagi para pelaku industri dan regulator untuk bersama-sama meningkatkan pengawasan dan menciptkan edukasi yang baik untuk masyarakat," kata Rieka.

Misinformasi yang menimbulkan dampak negatif menjadi tantangan industri aset kripto untuk terus tumbuh. Investor diminta untuk tetap melakukan DYOR (Do Your Own Research) atau riset secara mandiri dengan berbagai sumber tepercaya sebelum memutuskan berinvestasi.

"Ada pun tantangan yang harus diperhatikan untuk menjadikan industri kripto ini sehat, yaitu terkait edukasi dan literasi. Saat ini banyak masyarakat belum sepenuhnya memahami investasi aset kripto, seperti cara memulai hingga strategi untuk mendapatkan profit. Di samping itu, sering terjadi penipuan investasi bodong yang berkedok aset kripto, sehingga membuat citra industri ini menjadi negatif," jelas Rieka.

Menurut Rieka, industri aset kripto di Indonesia masih bisa terus tumbuh. Berkaca dari survei CELIOS kembali, investor di Indonesia lebih banyak menempatkan investasinya pada aset kripto dibandingkan emas.  Menariknya, aset kripto baru memasuki pasar Indonesia pada tahun 2009, sementara instrumen investasi lainnya seperti emas telah ada sejak lama.

"Adanya kecanggihan teknologi dan keterbukaan informasi, animo masyarakat untuk memilih kripto sebagai salah satu aset atau alternatif atas instrumen investasi konvensional akan semakin tinggi di waktu mendatang," pungkas Rieka.

Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 22 menit yang lalu

Likuiditas Start-up Teknologi Disorot, GOTO Aman?

Kondisi ekonomi global saat ini berdampak pada persepsi publik terhadap likuiditas perusahaan teknologi, salah satunya GOTO. Amankah?
Finance 1 jam yang lalu

Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.
National 2 jam yang lalu

Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing

Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.
Business 3 jam yang lalu

Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online

Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utama
International 3 jam yang lalu

Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan

Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).
Copyright © 2023 Investor.id