PHNOM PENH, investor.id – Para menteri luar negeri (menlu) anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) mengingatkan ketegangan di Selat Taiwan dapat menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka, dan konsekuensi yang tidak terduga di antara negara-negara besar.
Sebagai informasi, Asean sedang menjadi tuan rumah pertemuan yang diselenggarakan di Kamboja dengan melibatkan menteri luar negeri dari 27 negara. Sejauh ini, pertemuan dibayang-bayangi oleh perkembangan di seputar Taiwan menyusul kunjungan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi minggu ini.
Bahkan menlu-menlu Asean pada Kamis (4/8) didesak untuk menahan diri, ketika Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) meluncurkan latihan militer besar-besaran di lepas pantai Taiwan.
Baca Juga: AS dan Tiongkok Saling Menjauh karena Lawatan Pelosi
Seperti diberitakan, Tiongkok yang marah mulai menggelar latihan militer terbesarnya di seputar Taiwan sebagai respons atas kunjungan Pelosi ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu. Menanggapi hal itu, kesepuluh menlu anggota Asean pun mengingatkan soal tindakan yang provokatif.
“Situasi dapat menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka dan konsekuensi tak terduga di antara negara-negara besar,” ujar para menteri dalam sebuah pernyataan bersama yang diterbitkan Kamis, yang dilansir AFP.
Tiongkok meluncurkan rangkaian latihan militer di sejumlah titik di seputar Taiwan pada Kamis. Sebagian melintasi jalur pelayaran tersibuk di dunia dan beberapa kali hanya berjarak 20 km dari daratan Taiwan.
Baca Juga: Taiwan Kecam ‘Tetangga Jahat’ Tiongkok atas Latihan Perang
Latihan itu dimulai tengah hari waktu setempat. Militer Tiongkok menyatakan latihan itu melibatkan penembakkan rudal konvensional di perairan timur Taiwan.
Pihak Taiwan menyatakan militer Tiongkok menembakkan 11 rudal balistik kelas Dongfeng dalam beberapa kali letusan. Latihan itu dituding sebagai tindakan irasional yang melemahkan perdamaian kawasan.
Taiwan tidak menyebutkan apakah ada rudal itu yang mendarat atau melintasi pulaunya. Tapi Jepang selaku sekutu utama AS di kawasan menyatakan, pihaknya mendeteksi sembilan rudal dan empat di antaranya diyakini terbang melintasi pulau utama Taiwan.
Jepang sudah melayangkan protes diplomatik kepada Tiongkok. Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi mengatakan, lima rudal diyakini telah mendarat di zona ekonomi eksklusif negaranya. Tiongkok menyatakan latihan ini dijadwalkan berlangsung hingga Minggu (7/8).
Siap Memfasilitasi
Para menlu Asean dalam pertemuannya menyatakan siap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog damai antara semua pihak, seraya mendesak semua pihak menahan diri sekuat-kuatnya dari provokasi.
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara itu cenderung mengambil langkah hati-hati untuk menyeimbangkan hubungan dengan Tiongkok dan AS, sekaligus mewaspadai kemarahan dari salah satu kekuatan utama.
Baca Juga: Selandia Baru Bisa Jadi Jembatan ASEAN dan Pasifik Selatan
Dalam pertemuan dengan para menteri Asean, Menlu Antony Blinken mengatakan bahwa AS telah menghubungi Tiongkok di setiap level pemerintahan selama beberapa hari terakhir untuk menyerukan ketenangan dan stabilitas.
“Saya sangat berharap agar Beijing tidak membuat krisis atau mencari dalih untuk meningkatkan aktivitas militernya yang agresif. Kami dan negara-negara di seluruh dunia percaya bahwa eskalasi tidak menguntungkan siapa pun dan dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan yang tidak melayani kepentingan siapa pun termasuk anggota Asean dan termasuk Tiongkok,” kata Blinken.
Seperti yang telah diduga, Tiongkok sangat marah dengan lawatan Pelosi ke Taiwan – yang dianggap Tiongkok sebagai bagian dari wilayahnya untuk suatu hari akan direklamasi, dengan paksa jika perlu.
Pelosi adalah pejabat tertinggi AS terpilih yang mengunjungi pulau itu dalam 25 tahun. Bahkan Negeri Tirai Bambu itu menjanjikan hukuman.
Baca Juga: Latihan Militer Tiongkok di Selat Taiwan Mendorong Pergerakan Emas
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell, yang sedang berada di Phnom Penh, ikut mengecam respons yang dikeluarkan Tiongkok.
“Tidak ada pembenaran untuk menggunakan kunjungan sebagai dalih untuk aktivitas militer agresif di Selat Taiwan. Hal normal dan rutin bagi legislator dari negara kita untuk melakukan perjalanan internasional,” demikian cuitnya.
Wakil Menlu Kamboja dan juru bicara Asean Kung Phoak telah mendesak kedua belah pihak untuk menstabilkan situasi. “Kami berharap terjadi de-eskalasi, dan Selat Taiwan kembali normal,” tuturnya kepada wartawan
Kekhawatiran Salah Perhitungan
Posisi Asean sendiri terbelah antara negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok, seperti Myanmar, Kamboja dan Laos, dan negara-negara lain yang lebih waspada terhadap Tiongkok seiring meningkatnya ketegasan internasionalnya.
Namun, tidak ada negara anggota Asean yang secara resmi mengakui Taiwan dan tidak ada yang menunjukkan keinginan mendukung Taiwan untuk melawan negara raksasa komunis itu.
Bahkan pernyataan yang dirilis para menteri – menghindari menyebut nama Taiwan – mengatakan Asean siap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog damai, meskipun tidak jelas apakah kedua pihak tertarik pada mediasi luar.
Baca Juga: Blinken Desak Tiongkok Berhenti Agresif di Asia-Pasifik
Menlu Australia Penny Wong, yang juga akan bergabung dalam pertemuan ARF, mengatakan status quo yang rapuh di Selat Taiwan harus dipertahankan.
“Semua pihak harus mempertimbangkan bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk meredakan ketegangan saat ini. Salah satu risiko yang dikhawatirkan kawasan ini adalah risiko salah perhitungan,” kata Wong kepada AFP.
Meski Menlu Tiongkok Wang Yi dan Blinken tidak dijadwalkan bertemu secara bilateral, kedua diplomat tertinggi itu bakal menghadiri pertemuan Forum Regional ASEAN (ARF) pada Jumat (5/8). ARF adalah badan yang dibentuk untuk membahas masalah keamanan, yang mana mencakup Rusia dan Uni Eropa.
Kunjungan Pelosi dan gejolak di Taiwan telah membayangi pertemuan Asean, yang seharusnya fokus pada krisis berdarah di Myanmar. Apalagi upaya diplomatik Asean untuk meredakan gejolak yang mengalir dari kudeta militer tahun lalu, telah gagal. Beberapa anggota Asean diklaim semakin marah pada taktik penghalang junta.
Editor : Happy Amanda Amalia (happy_amanda@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS