Beragam Sentimen Negatif Bayangi Harga Minyak

JAKARTA, investor.id - Pergerakan minyak mentah turun pada perdagangan Jumat pagi (23/12/2022) ke level US$ 78.18 per barel. Tertekan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya kasus Covid-19 di Tiongkok akan mengurangi permintaan.
Tim Research and Development ICDX menyebut, dalam berita yang beredar Lonjakan kasus Covid-19 di Tiongkok sebagai konsumen terbesar minyak mentah dunia turut menjadi fokus pelaku pasar. Tiongkok melaporkan tidak ada kematian baru akibat Covid pada 20 Desember namun melaporkan lima kematian pada hari sebelumnya dan membuat total kematian menjadi 5.241 kasus sangat rendah menurut standar global.
Selain itu pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Rabu mengatakan Tiongkok mungkin berjuang untuk mempertahankan jumlah infeksi Covid-19 yang akurat karena mengalami lonjakan besar dalam kasus. “Kenaikan jumlah kematian baru pada warga negara Tiongkok ini menjadi sentimen negatif bagi minyak dunia akibat kekhawatiran pengurangan permintaan,” tulis Tim Research and Development ICDX dalam risetnya, Jumat (23/12/2022).
Tim Research and Development ICDX menambahkan, sentimen negatif lainnya datang dari data ekonomi AS yang menunjukkan jumlah orang yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat dibanding sebelumnya namun lebih rendah dari perkiraan pasar dan data ekonomi AS lainnya menunjukan PDB AS untuk kuartal III yang optimis membuat kinerja dolar AS menguat.
Ekonomi AS berkembang pada tingkat tahunan sebesar 3,2% pada kuartal ketiga, per pembacaan akhir Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan perkiraan sebelumnya 2,9%. “Data yang cerah meningkatkan kekhawatiran bahwa The Fed lebih cenderung mengintensifkan kenaikan suku bunga dalam sebuah langkah yang dapat memperlambat ekonomi dan menghambat konsumsi bahan bakar,” tambah Tim Research and Development ICDX.
Pada perdagangan lalu Uni Eropa, Tim Research and Development ICDX menyebut negara-negara G7, dan Australia memperkenalkan batas harga US$ 60 per barel untuk minyak Rusia, efektif mulai 5 Desember, di atas embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.
Baca Juga:
Harga Minyak Naik Hingga di Atas 2%Pembatasan tersebut memungkinkan negara-negara non-Uni Eropa untuk mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut, tetapi melarang perusahaan pengapalan, asuransi, dan reasuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali jika dijual di bawah US$60. Dampak pembatasan terhadap pemuatan Ural dari pelabuhan Baltik tersebut dapat memotong ekspor minyak Baltik Rusia sebesar 20% di bulan Desember, hal ini dapat memberikan dukungan terhadap harga minyak mentah lebih lanjut.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 82 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 70 per barel,” tutup Tim Research and Development ICDX.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Laba Bersih Austindo (ANJT) Anjlok 42%, Ini Penyebabnya
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatat laba bersih sebesar US$ 21,2 juta pada 2022.Sesi II, IHSG Berpotensi Uji Level Tertinggi
Phintraco Sekuritas memprediksi sesi II, IHSG berpotensi uji level tertinggi.Intip Cara Lion Air Rawat Pesawat
Lion Air Group memastikan perawatan pesawat udara adalah aspek yang sangat utama.Terkuak Penyebab IHSG Menguat, Salah satunya Soal Perpu Cipta Kerja
Terkuak penyebab IHSG hari ini menguat, salah satunya soal Perpu Cipta Kerja.Jaga Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Kucurkan Dana Perlinsos 2023 Rp 476 T
Pemerintah mengucurkan dana program perlindungan social (perlinsos) 2023 sebesar Rp 476 triliunTag Terpopuler
Terpopuler
