Saham Barang Konsumsi Diprediksi Menggeliat pada 2023

JAKARTA, investor.id – Saham sektor barang konsumsi (consumer goods) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi menggeliat tahun 2023, ditopang masih kuatnya konsumsi rumah tangga di Indonesia. Adapun tahun lalu, saham sektor ini tertekan oleh perang Rusia dan Ukraina yang memicu lonjakan harga bahan baku produk barang konsumsi.
Analis pasar modal Riska Afriani menjelaskan, ketika inflasi naik, suku bunga acuan dikerek sejumlah bank sentral. Umumnya, hal ini bakal mengerem konsumsi masyarakat.
Akan tetapi, dia menuturkan, di Indonesia, indeks keyakinan konsumen masih tinggi. Sementara itu, kredit perbankan masih tumbuh 11,16 % November 2022. “Artinya, konsumsi rumah tangga masih cukup baik secara keseluruhan. Jadi, dalam jangka panjang, saham consumer goods masih cukup menarik,” tutur Riska, Senin (16/1/2023).
Baca juga: Inilah Para Penggerak Pasar Saham Indonesia
Dia mencatat, inflasi sepanjang tahun 2022 mencapai 5,51 %, sedangkan inflasi bahan pangan sebesar 5,83%. Namun, inflasi Indonesia lebih baik dibandingkan sejumlah negara Asean lainya, seperti Laos sebesar 45 % dan Myanmar 18,43 %.
Selain itu, dia menegaskan, pemerintah sudah melakukan pemberian subsidi kepada masyarakat. Faktor pendukung lainya adalah kenaikan permintaan barang konsumsi pada Maret hingga April 2023, didorong terdapat momen Bulan Puasa dan Lebaran.
“Berkaca pada faktor itu, saya melihat indeks saham consumer goods akan meningkat,”ungkap dia.
Baca juga:Ada Kabar, Indika (INDY) Investasi di Produsen Motor Listrik Premium asal Kanada
Riska menambahkan, tahun 2024 digelar pemilu. Ini akan memicu bertambahnya jumlah uang beredar. Imbasnya, daya beli masyarakat masyarakat naik, sehingga permintaan barang konsumsi turut terkerek.
Secara terperinci, ada tiga subsektor barang konsumsi, yaitu bahan tahan lama dengan karakter produk yang bisa dipakai hingga tiga tahun, lalu FMCG dengan karakteristik kurang dari tiga tahun, dan produk yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
“Yang memiliki ketahanan lebih baik adalah FMCG, karena tidak terpengaruh oleh siklus ekonomi. Barang-barang ini termasuk kebutuhan pokok,” tutur dia.
Baca juga:
Riska merekomendasikan saham UNVR, dengan rekomendasi buy on weakness Rp 4.750- 4.790 dan target harga Rp 5.000–5.500. Adapun saham INDF direkomendasikan buy on wekaness di level Rp 6.650 - 6.700 dan target harga Rp 6.825.
Sementara itu, dia menuturkan, secara teknikal, saham MYOR masuk fase downtrend, namun berpotensi rebound ke level Rp 2.400. Dia menyerukan buy saham ini di level Rp 2.400- 2.430, dengan target harga Rp 2.540. Dalam jangka panjang, saham MYOR masih berpotensi ke level Rp 2.800.
Dari sisi lain, dia menilai, inflasi Amerika Serikat (AS) sebesar 6,5% Desember 2022 membuat The Fed akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga acuan. Ini akan menguntungkan konsumsi masyarakat.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
OJK dan BI Hadir di Acara Asosiasi Blockchain, Ada Apa?
Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) menggelar FGD yang dihadiri Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator.Saham-Saham Inggris, Jerman dan Prancis Kompak Menguat
Saham-saham Inggris, Jerman dan Prancis kompak menguat pada perdagangan Senin waktu setempat (27/3/2023).Akhiri Penurunan Tiga Hari Beruntun, Harga CPO Rebound
Harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives rebound pada perdagangan Senin (27/3/2023). Akhiri penurunan tiga hari beruntun.Mulai Bayar Utang, Waskita Precast (WSBP) Sehat?
Waskita Beton Precast (WSBP) menyelesaikan kewajiban pembayaran tahap pertama. WSBP sudah sehat?Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Asean Akan Bahas Cryptocurrency
Pembahasan cryptocurrency bisa dilakukan secara paralel dengan dengan isu ekonomi digital.Tag Terpopuler
Terpopuler
