Global Risks Report 2023: WEF Dorong Pemimpin Dunia Perkuat Kolaborasi

JAKARTA, investor.id - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengajak dunia untuk bekerjasama secara lebih efektif dalam melakukan mitigasi iklim dan adaptasi iklim. Bila tidak dilakukan, dunia terancam masalah pemanasan global dan gangguan ekologis secara berkelanjutan dalam 10 tahun ke depan.
‘’Kegagalan melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, berpotensi mengakibatkan bencana alam, hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan lingkungan hidup. Hal itu termasuk dalam lima dari 10 risiko teratas – dengan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai salah satu risiko global yang paling cepat memburuk dalam satu dekade ke depan,’’ demikian kutipan Laporan Risiko Global 2023 (Global Risks Report/GRR) yang diterbitkan WEF.
GRR 2023 dikerjakan WEF bersama Marsh McLennan dan Zurich Insurance Group. Lembaga tersebut menyarikan pandangan lebih dari 1.200 ahli risiko global, pembuat kebijakan dan pemimpin industri. Dalam tiga periode waktu, laporan ini memberikan gambaran atas lanskap risiko-risiko global yang baru, namun tidak asing lagi karena dunia menghadapi banyak risiko yang sudah ada yang sebelumnya tampak mereda.
Secara khusus, WEF menyoroti konflik dan ketegangan geoekonomi yang terjadi akibat perang di Eropa Timur sebagai risiko jangka pendek. Hal ini telah memicu serangkaian risiko global yang terhubung secara mendalam. Risiko tersebut mencakup krisis energi dan pasokan pangan, yang mungkin akan terjadi hingga dua tahun ke depan, dan peningkatan biaya hidup serta pembayaran utang yang tajam. ‘’Pada saat yang sama, sejumlah krisis tersebut berisiko menghambat upaya penanggulangan risiko jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan investasi pada sumber daya manusia,’’ demikian WEF.
Terkait hal itu, GRR 2023 mendorong para pemimpin untuk bertindak secara kolektif dan tegas, serta menyetarakan pandangan jangka pendek dan jangka panjang. Selain aksi iklim yang mendesak dan terkoordinasi, laporan ini juga memberikan rekomendasi upaya bersama antar negara, serta kerja sama organisasi publik dan swasta untuk memperkuat stabilitas finansial, tata kelola teknologi, perkembangan ekonomi dan investasi pada penelitian, sains, pendidikan dan kesehatan.
Managing Director WEF, Saadia Zahidi, mengatakan, lanskap risiko jangka pendek didominasi oleh energi, pangan, utang dan bencana. Kelompok yang masuk dalam kategori rentan semakin menderita - dan karena krisis yang bertubi-tubi, kelompok yang tergolong rentan secara cepat meluas di negara kaya maupun miskin. ‘’Iklim dan perkembangan sumber daya manusia wajib menjadi perhatian utama para pemimpin dunia, bahkan saat mereka tengah memerangi krisis yang sedang terjadi. Kerja sama merupakan satu-satunya cara untuk melangkah maju," kata Saadia Zahidi dalam keterangan yang dikutip, Senin (16/1/2023).
John Scott, Head of Sustainability Risk, Zurich Insurance Group, menyoroti keterkaitan antara dampak perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, keamanan pangan dan konsumsi sumber daya alam, merupakan kombinasi yang berbahaya. Tanpa adanya perubahan kebijakan atau investasi yang signifikan, kombinasi tersebut dapat mempercepat runtuhnya ekosistem, mengancam pasokan pangan, meningkatkan dampak bencana alam dan menghambat kemajuan dalam mitigasi perubahan iklim. ‘’Apabila kita bertindak cepat, masih ada kesempatan di akhir dekade untuk mencapai 1.5ᵒC dan mengatasi kondisi darurat alam. Semakin berkembangnya teknologi pada energi terbarukan dan kendaraan listrik memberikan kita alasan yang kuat untuk tetap optimis," ujarnya.
Adapun Risk Management Leader, Continental Europe, Marsh, Carolina Klint, mengungkapkan, tahun 2023 ditandai dengan meningkatnya risiko terkait pangan, energi, bahan baku, dan keamanan siber, yang menyebabkan gangguan lebih lanjut terhadap rantai pasokan global dan berdampak pada keputusan investasi. Saat seluruh negara dan berbagai organisasi berupaya meningkatkan ketahanan, hambatan ekonomi akan membatasi kemampuan mereka.
‘’Menghadapi kondisi geoekonomi tersulit pada generasi ini, perusahaan harus berfokus tidak hanya bernavigasi pada kekhawatiran jangka pendek, tetapi juga mengembangkan strategi yang akan menempatkan mereka pada posisi yang dapat bertahan dalam menghadapi risiko jangka panjang serta perubahan struktural," pungkas Klint.
Editor: Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Masa Tugas Satgas BLBI Berpeluang Diperpanjang
Pemerintah menargetkan Satgas BLBI untuk mengumpulkan piutang obligor BLBI senilai Rp 110 triliun.Ternyata Ini yang Pukul Mundur Pergerakan Bitcoin
Harga aset kripto Bitcoin (BTC) dalam jangka pendek atau sepekan ini diprediksi menguji level terendah (support) US$ 25.000.RI-Korsel Sepakat Bangun Ekosistem ICT Dukung UKM Go Global
Potensi kerja sama bilateral yang bisa ditindaklanjuti antara Indonesia dan Korea, seperti Program Business Matching.Tiga Pemda dan 14 K/L Terima Aset Properti Eks BLBI
Utilisasi atas aset properti berupa hibah dan PSP ini merupakan upaya pemerintah dalam melakukan monetisasi terhadap aset eks BLBI.Ringkas Raih Pendanaan Tahap Awal US$3,5 juta
Pendanaan ini akan membantu Ringkas memperluas jangkauan platformnya ke berbagai kota di Indonesia serta pasar sekunder.Tag Terpopuler
Terpopuler
