Wall Street Rontok Pasca Kuatnya Data Ketenagakerjaan AS

NEW YORK, investor.id – Wall Street rontok pada perdagangan Jumat (3/2/2023). Pasca kuatnya data ketenagakerjaan AS yang kembali mencuatkan kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kenaikan suku bunga.
S&P 500 melemah 1,04% menjadi 4.136,48. Komposit Nasdaq anjlok 1,59% menjadi 12.006,95. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 127,93 poin (0,38%) menjadi 33.926,01.
Terlepas dari itu, indeks pasar yang lebih luas dan Nasdaq Composite membukukan minggu yang positif. S&P 500 menutup minggu ini lebih tinggi sebesar 1,62%. Nasdaq Composite naik 3,31%, membukukan penguatan kelima berturut-turut karena reli yang dipicu teknologi untuk mengungguli indeks utama lainnya. Sementara itu, Dow adalah outlier karena turun 0,15%.
Investor menyerap laporan pekerjaan Januari yang lebih kuat dari perkiraan yang mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi. Perekonomian AS menambahkan 517 ribu pekerjaan pada bulan Januari. Melampaui perkiraan Dow Jones tentang kenaikan pekerjaan sebesar 187 ribu bulan lalu. Imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai 3,5% setelah melonjak lebih dari 12 basis poin setelah laporan tersebut.
Wall Street juga mencerna hasil pendapatan dari perusahaan teknologi besar. Saham Apple melonjak 2,4%, membalikkan kerugian sebelumnya setelah perusahaan melewatkan perkiraan atas dan bawah dalam laporan kuartalan terbaru. Sementara itu, Google-parent Alphabet turun 2,8% menyusul hasil yang mengecewakan.
Saham Amazon juga turun 8,4% di hari terburuk sejak April setelah laporan raksasa e-commerce itu, meski masih membukukan kenaikan 1,1% dalam sepekan.
Meski demikian, investor mengambil harapan dari tanda-tanda penurunan inflasi baru-baru ini, serta beberapa komentar yang diterima dengan baik minggu ini dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengatakan proses disinflasi telah dimulai.
“Saya pikir pasar semakin mendekati pandangan kami bahwa inflasi menurun dengan cepat. Model (The Fed) terbukti buruk. Mereka melewatkan inflasi ini secara terbalik, dan sekarang mereka melewatkan deflasi,” kata Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Management.
Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Sah! Biden Teken UU Penangguhan Plafon Utang AS
Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang penangguhan plafon utang pemerintah AS sebesar $31,4 triliun pada Sabtu (3/6/2023).Pengambilan Api Dharma & Air Berkah Buka Ritual Waisak 2567 BE
Diharapkan melalui pengambilan Api Dharma, umat dan bangsa Indonesia dapat lebih bahagia, tenang, damai dan sejahtera.Java Jazz, Momentum BNI Geber Pemasaran Kartu Kredit ke Milenial
BNI Java Jazz Festival 2023 menjadi momentum PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memasarkan produk kartu kredit ke kalangan milenial.Digitalisasi Tuai Korban di Inggris, Lloyds Grup Bakal Tutup 144 Cabang
Penggunaan 53 cabang Lloyds Bank Group turun rata-rata 55% dalam lima tahun terakhir.Kisah Sukses Perempuan Muda di Bisnis Franchise
Givela Harsono sukses besar di bisnis franchise sekaligus menekuni hobinya, yakni traveling.Tag Terpopuler
Terpopuler
