Selasa, 6 Juni 2023

SVB Runtuh, Investor AS Bisa Fokus ke Perusahaan dengan Neraca Kuat

Grace El Dora
13 Mar 2023 | 11:30 WIB
BAGIKAN
Pemberitahuan yang menginformasikan penutupan Silicon Valley Bank (SVB) tergantung di kantor pusat bank di Santa Clara, California, Amerika Serikat (AS) pada 10 Maret 2023. (FOTO: NOAH BERGER / AFP)
Pemberitahuan yang menginformasikan penutupan Silicon Valley Bank (SVB) tergantung di kantor pusat bank di Santa Clara, California, Amerika Serikat (AS) pada 10 Maret 2023. (FOTO: NOAH BERGER / AFP)

NEW YORK, investor.id – Investor harus lebih selektif ke depan, terutama setelah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) Financial di Amerika Serikat (AS), kata investor Ann Miletti.

Ia menyarankan agar pelaku pasar fokus pada perusahaan dengan neraca yang kuat dan arus kas bebas. “Dan tim manajemen yang memiliki kontrol risiko dan pengalaman yang hebat melalui masa-masa sulit,” kata Miletti, kepala ekuitas aktif di Allspring Global Investments, Senin (13/3).

Komentarnya muncul setelah regulator mengumumkan rencana untuk mendukung deposan Silicon Valley Bank, setelah bank tersebut bangkrut minggu lalu.

Advertisement

“(Regulator) tidak akan tersedia untuk membantu semua perusahaan,” katanya.

“Kita memiliki banyak (dana talangan) bailout beberapa tahun terakhir, dan saya pikir investor sudah terbiasa dengan mereka. Yang harus kita sadari adalah kita berada dalam rezim baru,” ujar Miletti, dilansir dari CNBC.

“Ada suku bunga yang lebih tinggi, inflasi yang lebih tinggi, dan kita akan melihat kebangkrutan terjadi. Tidak akan ada bailout untuk semua orang,” tambahnya.

Situasi SVB Hasil Kebijakan Moneter yang Longgar

Kebangkrutan Silicon Valley Bank pada Jumat (10/3) dinilai investor Leon Cooperman sebagai situasi yang adalah produk sampingan dari suku bunga rendah dari Federal Reserve (Fed).

“Ini adalah hasil dari kebijakan moneter bodoh dari tingkat nol ke negatif selama satu dekade,” kata Cooperman, kepala Omega Advisors.

Bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga menjadi nol untuk menstabilkan ekonomi setelah krisis keuangan 2008. Suku bunga tetap rendah selama bertahun-tahun sampai Fed mulai menaikkan pada akhir 2010-an. Namun, pada 2020, bank sentral menurunkan suku bunga ke nol karena Covid-19 menyebar ke seluruh dunia.

Adapun selama setahun terakhir, bank sentral telah menaikkan suku bunga untuk membendung tekanan inflasi.

Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 3 jam yang lalu

BSI (BRIS) Terbitkan EBA Syariah Pertama di Indonesia

BSI (BRIS) menerbitkan Efek Beragun Aset Syariah-Surat Partisipasi (EBAS-SP), hasil sekuritisasi aset syariah pertama di Indonesia.
Business 3 jam yang lalu

Premier Luncurkan Proyek Hunian Hijau di Selatan Jakarta 

PT Premier Qualitas Indonesia bersama anak usahanya, PT Bukit Sukses Bersama (BSB), memperkenalkan proyek hunian hijau Premier Promenade.
Market 4 jam yang lalu

Lanjutkan Ekspansi, SMKL Bakal Gunakan Energi Ramah Lingkungan

Terapkan praktik bisnis berkelanjutan, SMKL akan mengganti boiler yang semula menggunakan batu bara dengan energi gas agar ramah lingkungan.
Business 4 jam yang lalu

Anak Usaha KS Pasok Pipa Baja ke Proyek Terminal Kalibaru

Anak usaha KS, PT Krakatau Pipe Industries (KPI), melakukan pengiriman perdana pipa pancang ke proyek rancang bangun Terminal Kalibaru PTPP.
Market 4 jam yang lalu

Rapor ESG Bumi Resources (BUMI), Begini Hasilnya!

Bumi Resources (BUMI) menerima laporan resmi dari Bloomberg, penyedia data keuangan, terkait ESG (Environmental, Social & Government).

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id