Jreng! 186 Bank AS Berisiko Gagal seperti Silicon Valley Bank

JAKARTA, investor.id – Sebuah laporan baru menemukan bahwa 186 bank di Amerika Serikat (AS) berisiko gagal karena kenaikan suku bunga dan tingginya proporsi simpanan yang tidak diasuransikan.
Penelitian yang diunggah di Social Science Research Network berjudul “Monetary Tightening and US Bank Fragility in 2023: Mark-to-Market Losses and Uninsured Depositor Runs?” memperkirakan hilangnya nilai pasar aset masing-masing bank selama tren kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Nilai aset seperti treasury notes dan pinjaman hipotek dapat menurun ketika obligasi baru memiliki bunga yang lebih tinggi.
Studi ini juga meneliti proporsi pendanaan bank yang berasal dari deposan yang tidak diasuransikan dengan rekening senilai lebih dari US$ 250.000.
Jika setengah dari deposan yang tidak diasuransikan itu seketika menarik dananya dari 186 bank tadi, bahkan deposan yang diasuransikan akan menghadapi penurunan nilai, karena bank tidak akan memiliki aset yang cukup. Kondisi ini akan memaksa Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk turun tangan, menurut penelitian tersebut, seperti dilansir Business Today, Sabtu (18/3/2023).
Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian tersebut tidak mempertimbangkan lindung nilai, yang dapat melindungi banyak bank dari kenaikan suku bunga acuan.
“Bahkan jika hanya setengah dari deposan yang tidak diasuransikan menarik diri, hampir 190 bank memiliki potensi risiko penurunan nilai deposan yang diasuransikan, dengan potensi US$ 300 miliar simpanan yang diasuransikan dalam risiko,” bunyi penelitian tersebut.
Baca Juga:
UBS Bahas Akuisisi Credit SuisseKegagalan Silicon Valley Bank (SVB) adalah contoh risiko yang ditimbulkan oleh kenaikan suku bunga dan simpanan yang tidak diasuransikan. Aset bank kehilangan nilainya karena kenaikan suku bunga, dan nasabah yang khawatir menarik simpanan mereka yang tidak diasuransikan. Akibatnya, bank tersebut gagal memenuhi kewajibannya kepada deposan dan terpaksa ditutup.
Para ekonom yang melakukan studi tersebut memperingatkan bahwa 186 bank ini berisiko mengalami nasib serupa tanpa intervensi atau rekapitalisasi pemerintah. Studi itu menggarisbawahi pentingnya manajemen risiko yang berhati-hati dan diversifikasi sumber pendanaan bagi bank untuk memastikan stabilitas mereka dalam menghadapi fluktuasi pasar.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Likuiditas Start-up Teknologi Disorot, GOTO Aman?
Kondisi ekonomi global saat ini berdampak pada persepsi publik terhadap likuiditas perusahaan teknologi, salah satunya GOTO. Amankah?Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing
Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online
Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utamaBank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).Tag Terpopuler
Terpopuler
