JAKARTA, investor.id – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN berencana melangsungkan penawaran umum obligasi berkelanjutan IV tahap II tahun 2022 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1 triliun pada 17-19 Mei 2022.
Aksi himpun dana tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) IV perseroan dengan total target dana sebesar Rp 8 triliun. Manajemen menerangkan bahwa obligasi yang ditawarkan dalam penawaran umum ini terdiri atas dua seri, yakni seri A dan B.
Untuk obligasi seri A, jumlah pokok yang ditawarkan sebesar Rp 600 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 5,5% per tahun, jangka waktu lima tahun terhitung sejak tanggal emisi.
Baca juga: Kuartal I-2022 Tumbuh Pesat, Bagaimana Prediksi Saham BBTN ke Depan?
Sedangkan obligasi seri B ditawarkan sebesar Rp 400 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 6% per tahun, jangka waktu lima tahun sejak tanggal emisi.
“Obligasi ini ditawarkan dengan nilai 100% dari jumlah pokok obligasi dan pemesanan pembelian obligasi dilakukan sekurang-kurangnya Rp 5 juta,” tulis manajemen BTN dalam keterangan resmi, Senin (25/4/2022).
Adapun bunga obligasi akan dibayarkan setiap kuartal sesuai dengan tanggal pembayaran masing-masing. Bunga obligasi pertama dibayarkan pada 24 Agustus 2022 dan bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo dibayarkan pada 24 Mei 2025 untuk obligasi seri A dan 24 Mei 2027 untuk obligasi seri B.
Sesuai rencana, seluruh dana yang diperoleh dari hasil emisi obligasi setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan sebagai sumber pembiayaan kredit.
Dalam aksi tersebut, emiten perbankan pelat merah ini menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana efek. Sedangkan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) bertindak sebagai wali amanat.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang sudah diaudit dan berakhir pada 31 Desember 2021, BBTN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun atau tumbuh 48,3%. Capaian itu disebut telah merefleksikan 123,4% dari target BRI Danareksa Sekuritas dan sekitar 114,4% dari konsensus analis.
Baca juga: Bookbuilding Obligasi dan Sukuk Waskita (WSKT) Tembus Rp 3,28 Triliun
Perolehan itu didukung oleh ekspansi NIM c.90bps yang menjadi 4%, biaya kredit 135 bps, dan tarif pajak efektif yang lebih rendah dari Rp 212,3 miliar pendapatan pajak tangguhan. Kemudian, kredit tumbuh sebesar 5,7% (yoy) pada Desember 2021 yang ditopang oleh pertumbuhan kredit non-perumahan sebesar 18,5% (yoy), yaitu segmen konsumer, komersial dan korporasi.
Lalu, dari sisi pendanaan, DPK CASA juga tumbuh sebesar 14,2% didorong oleh pertumbuhan rekening tabungan sebesar 21,5%. Selain itu, biaya kredit mencapai 135 bps dengan rasio NPL gross yang lebih rendah sebesar 3,7% pada Desember 2021.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS