CHICAGO, investor.id - Harga emas turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (23/9/2022). Berbalik melemah dari kenaikan dua sesi sebelumnya, tertekan penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Setelah Federal Reserve mengangkat suku bunga acuannya dalam ukuran jumbo untuk ketiga kalinya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok US$ 25,5 (1,52%) menjadi ditutup pada US$ 1.655,60 per ounce. Emas menetap di level terendah sejak awal April 2020 dan turun 1,7% untuk minggu ini.
Baca juga: Minyak Anjlok 5%, Level Terendah Delapan Bulan
Emas berjangka terangkat US$ 5,40 (0,32%) menjadi US$ 1.681,1, setelah terdongkrak US$ 4,6 (0,28%) menjadi US$ 1.675,7 pada Rabu (21/9/2022). Serta, jatuh US$ 7,1 (0,42%) menjadi US$ 1.671,1 pada Selasa (20/9/2022).
Dolar AS menguat secara luas terhadap rival utama pada perdagangan Jumat (23/9/2022), dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 1,65% menjadi 113,1890.
Imbal hasil obligasi, mengikuti obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, mencapai tertinggi 12 tahun setelah mencapai puncak sesi terbaru di atas 3,8%. Imbal hasil mencerminkan apa yang disebut suku bunga riil, atau di mana pasar berpikir suku bunga pinjaman utama yang ditetapkan oleh Federal Reserve akan terus bergerak naik.
Baca juga: Saham-saham Inggris, Jerman dan Prancis Berakhir di Wilayah Negatif
The Fed pada Rabu (21/9/2022) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk bulan ketiga berturut-turut, membawa suku bunga pinjaman utama ke puncak 3% atau 0,8% di bawah tingkat imbal hasil obligasi. Yang pasti, Ketua Fed Jerome Powell mengindikasikan tidak akan ada jeda untuk saat ini dalam siklus kenaikan suku bunga karena berjuang untuk membawa inflasi yang memanas ke target lama 2% per tahun
"Penembusan emas di bawah US$ 1.680 adalah masalah besar tetapi belum benar-benar menjadi katalis untuk apa pun sejak itu," kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA.
Baca juga: Harga CPO Kembali Berguguran
Itu membuat penembusan level dukungan US$ 1.650, sebuah konfirmasi sekunder dari penembusan awal dan sinyal yang sangat bearish, tambahnya.
Sementara itu, survei indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur AS oleh S&P Global naik ke 51,8 pada September, padahal para ekonom memperkirakan indeks akan tergelincir ke 51,1, dengan PMI jasa-jasa AS naik menjadi 49,2 pada September dari 43,7 pada Agustus.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 70,7 sen (3,6%) menjadi ditutup pada US$ 18,91 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$ 47,30 (5,22%) menjadi ditutup pada US$ 858,7 per ounce.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : ANTARA
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS