Sabtu, 25 Maret 2023

Babak Baru Garuda Indonesia (GIAA)

Thresa Sandra Desfika
4 Jan 2023 | 16:06 WIB
BAGIKAN
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). (Ilustrasi/Ist)
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). (Ilustrasi/Ist)

JAKARTA, investor.id - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) telah memasuki babak baru dengan dirampungkannya restrukturisasi juga diikuti dengan pencabutan suspensi saham pada 3 Januari 2023.

Garuda mencatatkan pembukuan kinerja positif pada 2022, di mana perseroan berhasil menekan utang hingga 50%, serta konsistensi pertumbuhan kinerja positif sejak pertengahan 2022 lalu menjadi dasar iklim kinerja yang positif di tahun 2023 ini. Hingga kuartal III-2022 maskapai pelat merah tersebut telah membukukan laba hingga US$ 3,7 miliar

Pengamat BUMN, Toto Pranoto menilai, Garuda Indonesia baru saja menyelesaikan kesepakatan dengan semua kreditur terkait penyelesaian utang perseroan. Dengan bisnis yang mulai berjalan normal kembali, fundamental kinerja yang semakin sehat, bahkan kondisi domestik Indonesia terjadi over demand, tentu ini hal positif buat restrukturisasi yang dijalankan Garuda Indonesia.

“Kami melihat perbaikan kinerja dan kesepakatan dengan para kreditur menjadi sebagian alasan suspensi saham Garuda Indonesia bisa dilepas. Apabila kinerja per kuartal bisa menunjukan perbaikan, ada harapan muncul trust investor untuk memegang kembali saham dan diharapkan saham maskapai pelat merah ini dapat terbang tinggi. Ini tentunya membutuhkan waktu mengingat tren pergerakan saham baru dibuka pada awal pekan ini” katanya kepada wartawan dikutip Rabu (4/1/2023).

Ia juga memberikan masukan bahwa sebagai BUMN terbuka maka syarat perbaikan governance menjadi syarat mutlak ke depan. Di mana hal ini akan menumbuhkan kepercayaan dalam perbaikan kinerja perusahaan. Dengan manajemen lebih baik, diharapkan potensial market domestik dan market captive di angkutan haji dan umrah bisa jadi lokomotif perbaikan kinerja.

Pada kesempatan terpisah, Pengamat Pasar Modal, Wahyu Laksnono mengatakan bahwa dirampungkannya penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) menjadi sebuah tahapan penting bagi Garuda untuk semakin memperkuat landasan kinerja usahanya.

“Saya melihat PKPU itu meringankan beban Garuda Indonesia dan diharapkan hal ini membuat maskapai pelat merah ini makin ringan terbangnya. Bahkan saya berharap Garuda Indonesia makin tinggi terbangnya. Di mana cost structure jelas makin support, semoga makin sehat,” katanya.

Namun pria yang juga founder Traderindo.com mengakui bahwa untuk membuat sehat sebuah korporasi yang telah lama sakit itu membutuhkan waktu, yang tidak serta merta disuntikan bantuan langsung sehat, terlebih lagi isu kesehatan keuangan Garuda Indonesia ini ceritanya panjang dan seperti sudah jadi kutukan salah satu aset BUMN.

“Jika fundamental membaik, saya yakin saham yang sudah bebas suspensi bisa jadi akan memicu minat publik untuk berinvestasi dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Lagi-lagi semuanya perlu waktu, dan semoga perjalanannya makin baik jadi sahamnya pun bisa makin menarik dan makin naik sejalan dengan menguat nya kapitalisasi pasar Garuda Indonesia,” katanya.

Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan sejumlah tahapan strategis telah dilalui pihak dalam merampungkan proses restrukturisasi ini, mulai dari perolehan putusan homologasi atas perjanjian perdamaian oleh PN Jakarta Pusat, termasuk di dalamnya memaksimalkan langkah renegosiasi beban sewa pesawat, restrukturisasi hutang jangka panjang, serta instrumen kewajiban usaha lainnya.

“Selain itu, maskapai pelat merah itu juga secara resmi telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai national flag carrier. PMN tersebut berkaitan dengan langkah rights issue dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 39.788.136.675 lembar saham atau senilai Rp 7,79 triliun. Itu meliputi realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya,” katanya.

Irfan juga menjelaskan tahapan ini yang kemudian dilanjutkan dengan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD), di mana Garuda Indonesia telah melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25.806.070.908 lembar saham atau senilai Rp 5,05 triliun, termasuk didalamnya realisasi obligasi wajib konversi.

“Dengan serangkaian pendistribusian saham baru tersebut, Garuda saat ini memiliki komposisi kepemilikan saham yang terdiri atas kepemilikan pemerintah sebesar 64,54 persen, Trans Airways 7,99 persen, saham publik 4,83 persen, serta saham kreditur 22,63 persen,” tutupnya.

Editor: Theresa Sandra Desfika (theresa.sandra@investor.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Business 3 menit yang lalu

Sandiaga Bakal Nilai Langsung 75 Desa Wisata

Kegiatan visitasi sendiri juga menjadi ajang promosi bagi 75 besar desa wisata ADWI untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan perekonomian.
National 21 menit yang lalu

AHY: Keputusan Cawapres ada di Tangan Anies

AHY mengaku telah mempercayakan keputusan akhir penentuan cawapres kepada Anies.
National 28 menit yang lalu

Buka Bersama Nasdem dan Tokoh, JK Sebut Tak Ada Pembicaraan Politik

AHY mengatakan acara bukber DPP Nasdem merupakan silaturahmi dan temu kangen antara tokoh politik yang hadir.
National 33 menit yang lalu

2 Aparat Tewas Diserang KKB Saat Amankan Salat Tarawih di Puncak Jaya

Paskapenyerangan situasi di Kabupaten Puncak Jaya dilaporkan siaga satu, seluruh aparat waspada dan mengantisipasi serangan susulan.
Business 38 menit yang lalu

Daop 1 Jakarta Siapkan Kereta Api Tambahan untuk Mudik

Terdapat 303 perjalanan KA Tambahan yang berangkat dari area KAI Daop 1 Jakarta.
Copyright © 2023 Investor.id