Rabu, 29 Maret 2023

Aliran Dana Asing Dongkrak Harga SUN

Zsazya Senorita
6 Feb 2023 | 04:20 WIB
BAGIKAN
(B-Universe Photo/David Gita Roza)
(B-Universe Photo/David Gita Roza)

JAKARTA, investor.id – Harga surat utang negara (SUN) diprediksi melanjutkan penguatan pada pekan ini, seiring derasnya aliran dana asing ke pasar surat berharga negara (SBN) yang berlangsung sejak November 2022. Pekan ini, imbal hasil (yield) SUN ditaksir turun ke level 6,5% dari 6,7-6,6%.

Selama Januari 2023, BNI Sekuritas mencatat, dana asing masuk (capital inflow) ke pasar SBN mencapai US$ 3,2 miliar. Tren ini diprediksi terus berlanjut, sehingga bisa bisa menopang penguatan harga SUN ke depan.

Sekuritas itu mencatat, capital inflow di pasar SBN selama Januari 2023 merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir. Dalam tiga bulan terakhir, total capital inflow ke SBN mencapai US$ 6,3 miliar. Akan tetapi, selama tahun 2022, terjadi dana asing keluar (capital outflow) di pasar SBN senilai US$ 8,9 miliar, akibat aksi jual besar-besaran pemain asing sebelum kuartal IV.

Baca juga: Lewat Obligasi dan Sukuk, Lima Emiten Raup Dana Segar Rp 4 T 

Seiring dengan itu, yield SUN tenor 10 tahun turun 20 basis points (bps) selama Januari 2023. Level itu jauh di bawah yield SUN pada Oktober 2022 sebesar 7,6%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto meyakini, potensi penurunan yield SUN masih cukup terbuka. Terbukti, akhir pekan lalu, terjadi penurunan yield, meski agak melandai. “Potensi penguatan harga SUN cukup terbuka, didukung masuknya dana asing secara berkelanjutan sejak Desember 2022. Namun, kepemilikan asing di SUN belum berubah signifikan, masih 15%,” jelas Ramdhan kepada  Investor Daily, Minggu (5/2/2023).

Baca juga: Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas Jelang Akhir Pekan

Namun, dia menuturkan, dari sisi volume, ada kenaikan kepemilikan asing di SUN. Adapun likuiditas investor domestik masih sangat baik dan terlihat aktif masuk pasar surat berharga negara (SBN). “Selain itu, kondisi makro ekonomi kita juga cukup baik, sehingga memicu likuiditas market tinggi,” sambung dia. 

Di sisi lain, dia menambahkan, gejolak pasar global dinilai relatif stabil. Ini mempengaruhi investor asing untuk masuk ke emerging market seperti Indonesia.

Dalam jangka pendek, Ramdhan merekomendasikan investor mengambil SUN jangka panjang seperti 10 tahun karena dianggap paling likuid. Namun, SUN tenor lain punya segmentasi pasar tersendiri.

Baca juga: TBS Energi (TOBA) Tawarkan Obligasi Rp 500 Miliar

Dia menyatakan, SUN tenor panjang dipilih karena segaris dengan US Treasury 10 tahun. Itu artinya, SUN ini dianggap paling likuid juga untuk Indonesia. “Pasar SUN luas, karena setiap seri punya daya serap yang cukup baik. Tetapi, yang paling tinggi ya tenor 10 tahun,” tegas dia.

Momen masuknya investor asing di pasar SBN, kata dia, masih berlanjut hingga akhir tahun, bila tidak ada gejolak pasar global yang signifikan. Bila kondisi global memburuk, investor asing hampir bisa dipastikan mengincar tempat yang lebih aman dengan likuiditas dan peringkat tinggi karena risikonya lebih rendah.

“Jadi, kalau kondisi global stabil, emerging market, termasuk Indonesia lebih menarik bagi pemodal asing. Apalagi, yield SUN 10 tahun lebih tinggi dibanding obligasi negara maju,” ungkap Ramdhan.

Baca juga: 

Dia memproyeksikan, tahun ini, pasar SBN masih digerakkan oleh investor domestik karena punya likuiditas sangat baik. Adapun sektor yang memimpin investasi di SBN berasal dari perbankan.

Tahan Banting

Pada kesempatan terpisah, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai, pasar obligasi Indonesia sangat tahan banting (resilient) dibandingkan negara-negara lain. Buktinya, yield SUN hanya naik 52 basis points (bps) saat inflasi dunia tinggi dan The Fed menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Sepanjang 2022, dia mencatat, rata-rata kenaikan yield obligasi emerging markets mencapai 130 bps. “Pergerakan yield obligasi hampir semua negara naik. Artinya, kenaikan bond yield di 2022 bukan dari domestik, tetapi lebih dipicu faktor global,” ujar Handy.

 

 


 


 

Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 55 menit yang lalu

Anggarkan Dana Rp 250 Miliar, Cisadane (CSRA) Bidik Kenaikan Produksi CPO 25% 

CSRA membidik kenaikan produksi 25% dengan mengalokasikan belanja modal hingga Rp 250 miliar tahun ini
National 1 jam yang lalu

Mahfud MD Sebut Eselon I Tutup Akses Sri Mulyani Terkait Data Pencucian Uang di Kemenkeu

Menkeu sempat menanyakan kepada pejabat Kemenkeu terkait surat PPATK tentang transaksi mencurigakan.
National 1 jam yang lalu

Hindari Kemacetan Arus, Cuti Bersama Libur Idulfitri Digeser Maju dan Tambah 1 Hari

Pemerintah resmi merevisi cuti bersama dan libur Idulfitri dengan penambahan satu hari
National 1 jam yang lalu

Kepala PPATK Ungkap Transaksi Janggal Rp189 Triliun di Kemenkeu

Berikut analisa transaksi TPPU senilai Rp 189 di Kemenkeu berdasarkan analisa PPTAK
National 2 jam yang lalu

Di DPR, Mahfud Beberkan Transaksi Dugaan TPPU Rp 349 Triliun

Transaksi mencurigakan senilai Rp 349 triliun terbagi dalam tiga kelompok.
Copyright © 2023 Investor.id