Sabtu, 25 Maret 2023

Bahlil: Hilirisasi Hadirkan Potensi Investasi hingga US$ 545,3 Miliar

Arnoldus Kristianus / Bella Evanglista MP
17 Jan 2023 | 21:06 WIB
BAGIKAN
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia

JAKARTA, investor.id – Pemerintah akan menggenjot investasi pada sektor hilirisasi sumber daya alam(SDA) guna mencapai target investasi tahun 2023 yang sebesar Rp 1.400 triliun. Pemerintah sudah menyiapkan peta jalan hilirisasi investasi strategis Indonesia 2023-2035 dengan potensi investasi sebesar US$ 545,3 miliar atau sekitar Rp 8.189,9 triliun.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, dengan melakukan hilirisasi pemerintah dapat mendongkrak pertumbuhan realisasi investasi. Kebijakan hilirisasi diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas dan sekaligus mendorong Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.

“Total investasi (dari hilirisasi) kalau bisa capai ke depan itu sebesar US$ 545,3 miliar. Ini adalah angka yang tidak sedikit, fantastis. Tapi, ini adalah salah satu syarat agar negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju,” ucap Bahlil kepada awak media dalam Konferensi Pers Hilirisasi Kunci Investasi dan Tantangan Investasi 2023 yang berlangsung secara virtual pada Selasa (17/01/2023).

Bahlil mengungkapkan, pihaknya menetapkan delapan sektor dengan 21 komoditas yang menjadi prioritas investasi pemerintah. Beberapa di antaranya adalah mineral batu bara sebesar US$ 427,1 miliar; minyak gas bumi sebesar US$ 67,6 miliar; serta perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan sebesar US$ 50,65 miliar.

Advertisement

“Selama ini hilirisasi kita cuma bicara tentang nikel. Saya pikir kita tidak lagi hanya fokus pada satu komoditas. Kami tidak ingin berakhir di nikel, maka kami breakdown dengan peluang-peluang peta investasi yang ada. Dengan komponen tadi, itu kita breakdown dia dalam 21 komoditas ,” kata Bahlil.

Sebelum menjalankan hilirisasi nikel, nilai ekspor nikel pada tahun 2017 hanya US$ 3,3 miliar. Setelah melakukan hilirisasi nikel terjadi kenaikan nilai ekspor nikel misalnya di tahun 2021 sudah mencapai US$ 20,9 miliar sedangkan pada tahun 2022 diperkirakan sekitar US$ 29 sampai 30 miliar.

“Itu baru satu komoditas. Maka kemudian itu berdampak pada pendidikan peningkatan pajak kemudian competitiveness dan neraca perdagangan kita,” kata Bahlil.

Dia menuturkan, pembuatan peta jalan hilirisasi investasi strategis Indonesia 2023-2035 dibuat dengan melibatkan pemangku kepentingan lain seperti BUMN, dunia usaha, akademisi, hingga lembaga swadaya masyarakat. Langkah ini dilakukan agar Kementerian Investasi/BKPM bisa mendapatkan masukan dan menjalankan kebijakan secara optimal.

“Jangan sampai konsepnya tiba saat tiba akal, maka kemudian kita kerjasamakan dengan BUMN dengan akademisi, NGO, dan dunia usaha. Dalam pandangan saya adalah tidak semua hal yang disampaikan oleh pemerintah kalau tanpa melakukan cross ceck dengan NGO dengan pelanggan usaha itu bisa tereksekusi,” kata Bahlil.

Dalam pelaksananya tidak semua negara maju senang dengan upaya hilirisasi yang dilakukan oleh negara berkembang. Namun pemerintah Indonesia terus berupaya meyakinkan agar ada kesetaraan dalam hilirisasi produk ekspor. Sebab hilirisasi dilakukan agar peningkatan taraf hidup masyarakat lokal, pemerataan, pertumbuhan ekonomi.

“Indonesia atau negara berkembang yang memiliki SDA itu belajar dari negara yang dulunya berkembang dan sekarang jadi negara maju. Inggris dulu pada abad 18 melarang ekspor wol. Itu agar industri mereka berdaya saing dan menjadi pemain dunia terbesar,” kata Bahlil.

Bahlil mengatakan Amerika Serikat juga mempergunakan pajak progresif 45% terhadap impor pada abad ke 19. Hal ini dilakukan agar meningkatkan kedaulatan industri. Begitu juga dengan Tiongkok yang pada tahun 1980 menerapkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 90%. Dampaknya, saat ini Tiongkok menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia.

“Ini tugas berat bagi kita. Tapi saya pastikan Indonesia memiliki positioning yang jelas dan tidak perlu ragu. Contoh, nikel, kita masuk ke DME (Dimetil Eter), pengganti gas LPG. Gas juga jangan kita kirim ekspor mentah terus, kita sudah bikin metanol, metanol kita itu masih impor 80%. Kita akan bikin blue amonia, metanol, dan pupuk,” tutur Bahlil.


 

Editor: Nasori (nasori@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 14 menit yang lalu

Saham-Saham Inggris, Jerman dan Prancis Melorot Dua Hari Beruntun

Saham-saham Inggris, Jerman dan Prancis melorot pada perdagangan Jumat waktu setempat (25/3/2023).
Market 44 menit yang lalu

Harga CPO Lagi-Lagi Berguguran   

Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives lagi-lagi berguguran pada perdagangan Jumat (24/3/2023).
Market 1 jam yang lalu

Momen Ramadan, BRI Group Dongkrak Pembiayaan Mobil 40%-50%

BRI Finance, bagian dari BRI Group, siap mendongkrak pembiayaan mobil baru sampai 40% dan mobil bekas hingga 50% selama Ramadan.
Market 2 jam yang lalu

Pertamina Geothermal (PGEO) Targetkan Bangun Pembangkit 600 MW

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) targetkan dalam lima tahun ke depan kapasitas listrik terpasang dioperasikan sendiri sebesar 600 MW
Market 2 jam yang lalu

Sillo Maritime (SHIP) Beli Kapal Tanker Rp 830 Miliar

Sillo Maritime Perdana (SHIP) menggelontorkan dana US$ 54,8 juta atau setara Rp 830,4 miliar untuk membeli satu unit kapal tanker LPG.
Copyright © 2023 Investor.id