KUALA LUMPUR, investor.id – Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir November diperkirakan akan menyusut tipis dari Oktober karena produksi melambat sementara impor melonjak, kata sebuah survei Reuters yang dirilis Senin (5/12).

Stok di produsen terbesar kedua dunia itu terlihat turun 0,47% dari bulan sebelumnya menjadi 2,39 juta ton, menurut estimasi median dari enam trader dan analis yang disurvei oleh Reuters. Produksi dipatok turun 5% dari Oktober menjadi 1,72 juta ton.

“Fenomena cuaca La Niña sedang berlangsung di Samudra Pasifik pada Oktober dan menguat pada November, berdampak pada area perkebunan kelapa sawit utama di Kalimantan dan kemungkinan pantai timur Malaysia,” kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, Senin.

Ekspor diperkirakan naik 3% menjadi 1,55 juta ton, sementara impor kemungkinan naik 16,8%.

Permintaan yang kuat untuk minyak sawit didukung oleh diskon harga yang melebar terhadap minyak saingannya, termasuk minyak kedelai.

Ringgit tampaknya akan naik dengan adanya pemerintahan baru di Malaysia, kata Varqa. Ia menambahkan bahwa hal itu akan membuat ekspor menjadi mahal, tetapi mungkin diimbangi oleh harga sawit Indonesia yang lebih tinggi karena digelembungkan oleh pungutan dan pajak.

Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, telah menguat dalam sepekan terakhir setelah penunjukan Perdana Menteri (PM) baru Anwar Ibrahim. Penguatan ini membuat minyak nabati lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Dewan Minyak Sawit Malaysia dijadwalkan akan merilis datanya pada 13 Desember 2022.

Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS