IMF: Fragmentasi Bisa Rugikan Ekonomi Global Hingga 7% dari PDB

WASHINGTON, investor.id – Fragmentasi ekonomi global yang parah setelah beberapa dekade peningkatan integrasi ekonomi dapat mengurangi output ekonomi global hingga 7%. Tetapi kerugian tersebut dapat mencapai 8%-12% di beberapa negara, jika teknologi juga dipisahkan, tulis Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terbaru.
IMF mengatakan bahkan fragmentasi terbatas dapat memangkas 0,2% dari produk domestik bruto (PDB) global. Pihaknya mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan untuk menilai perkiraan biaya untuk sistem moneter internasional dan jaring pengaman keuangan global (GFSN).
Baca juga: BI Tegaskan Ekonomi Global Masih Melambat 2023
Catatan yang dirilis Minggu (15/1) malam tersebut mencatat arus barang dan modal global telah mendatar setelah krisis keuangan global 2008-2009, sementara lonjakan pembatasan perdagangan terlihat di tahun-tahun berikutnya.
“Pandemi Covid-19 dan serangan Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi,” kata laporan staf tersebut, dilansir Senin (16/1).
Dikatakan, memperdalam hubungan perdagangan telah menghasilkan pengurangan besar dalam kemiskinan global selama bertahun-tahun. Ini juga sekaligus menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju, melalui harga yang lebih rendah.
“(Penguraian hubungan perdagangan) akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan konsumen yang kurang mampu di ekonomi maju,” katanya.
Pembatasan migrasi lintas batas akan menghilangkan keterampilan yang berharga dari ekonomi tuan rumah, sekaligus mengurangi pengiriman uang di negara pengirim imigran. Berkurangnya arus modal akan mengurangi investasi asing langsung, sementara penurunan kerja sama internasional akan menimbulkan risiko terhadap penyediaan barang publik global yang vital.
Baca juga: Menko Perekonomian: Ekonomi Global Didera Tantangan Silih Berganti dan Tak Mudah
IMF mengatakan studi yang ada menunjukkan bahwa semakin dalam fragmentasi, semakin dalam biayanya, dengan pemisahan teknologi secara signifikan memperbesar kerugian dari pembatasan perdagangan.
Organisasi tersebut mencatat ekonomi pasar berkembang dan negara berpenghasilan rendah cenderung paling berisiko, karena ekonomi global bergeser ke lebih banyak “regionalisasi keuangan” dan sistem pembayaran global yang terfragmentasi.
“Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit, (fragmentasi ekonomi global) dapat menyebabkan volatilitas ekonomi makro yang lebih tinggi, krisis yang lebih parah, dan tekanan yang lebih besar pada penyangga nasional,” katanya.
Ini juga dapat melemahkan kemampuan komunitas global untuk mendukung negara-negara yang mengalami krisis dan mempersulit penyelesaian krisis utang negara di masa depan.
Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Startup Aruna Bagikan Kartu Kusuka kepada Nelayan Binaan di Kaltim
Kusuka adalah salah satu program KKP yang bekerjasama dengan bank BRI, sehingga Kusuka tersebut berbentuk kartu ATMMBM Gelar IPO Kakap, Target Dana Rp 9,6 Triliun
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBM/MBMA), anak usaha MDKA, akan menggelar IPO saham dengan target dana Rp 9,6 triliun.Laba Bersih Indika (INDY) Terbang 684%
Indika (INDY) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 452,67 juta pada 2022.Genesys Luncurkan Satelit untuk Melayani Jakarta, Hong Kong, dan Paris
Peluncuran satelit tersebut dapat membantu berbagai bisnis, terutama industri asuransi, perbankan, dan pemerintahan.Tegas! Pernyataan Jokowi soal Timnas Israel di Piala Dunia U-20
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pernyataan tegas soal keikutsertaan tim nasional Israel dalam Piala Dunia U-20.Tag Terpopuler
Terpopuler
