BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan hingga Akhir 2023

JAKARTA, investor.id – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan posisi suku bunga acuan sebesar 5,75% hingga akhir 2023. Hal ini mengingat kondisi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Funds Rate (FFR) dan perekonomian dalam negeri.
“Secara keseluruhan, kami tetap memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% hingga sisa tahun 2023 dengan tetap mewaspadai perkembangan ekonomi global ke depan yang masih penuh dengan ketidakpastian,” kata Faisal, Jumat (24/3/2023).
Baca juga: Pasar Kripto Terguncang Deutsche Bank, Bitcoin Terpangkas
Dia menegaskan bahwa dari sisi eksternal, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) sudah memberi sinyal bahwa tidak ada perubahan terminal rate pada 2023, meskipun kondisi inflasi masih tinggi karena ketatnya pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, kondisi FFR sudah mendekati puncak. The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan 25 bps pada Rabu (22/3/2023) ke kisaran 4,75-5%.
“The Fed juga mengakui perkembangan ekonomi AS baru-baru ini terkait dengan kegagalan Silvergate Bank, Silicon Valley Bank, dan Signature Bank. Hal ini membuatnya perlu menyeimbangkan perang melawan inflasi dan risiko dari krisis perbankan,” tutur Faisal.
Baca juga: Pejabat Fed Tenangkan Kekhawatiran Krisis Perbankan, Wall Street Ditutup Menguat
Adapun konsensus pasar memperkirakan bahwa The Fed harus segera menghentikan siklus pengetatan moneter dan mengubah kebijakan untuk memangkas suku bunga guna mendukung stabilitas keuangan setelah runtuhnya tiga bank regional AS dan pengambilalihan Credit Suisse.
Sementara itu, dari sisi indikator perekonomian domestik, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 5,48 miliar pada Februari 2023. Cadangan devisa terus meningkat menjadi US$ 140,3 miliar.
Baca juga: Net Buy Rp 2,2 T di Pasar Reguler, Asing Borong Saham Bank Papan Atas Ini
Laju inflasi juga dalam tren menurun. Inflasi turun dari 5,95% (yoy) pada September 2022, saat pemerintah menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, menjadi 5,47% pada Februari 2023.
“Kondisi tersebut mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan menekan risiko inflasi impor. Karena itu, kami melihat bahwa ruang untuk menaikkan suku bunga acuan tahun ini akan sangat terbatas,” ujar Faisal.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
SRC Tambahkan Fitur Inovatif di Aplikasi Ayo
SRC meluncurkan wajah baru aplikasi digital Ayo dengan penambahan sejumlah fitur inovatif terbaru.Aruna Buka Lapangan Pekerjaan bagi 5.000 Masyarakat Pesisir
Aruna telah berkembang pesat dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 5.000 orang di sekitar wilayah pesisir pantai.Cetak Pendapatan US$ 20,4 M, Business Network International Lansir Chapter Magnify
Khusus di Indonesia BNI telah membuka 7 chapter dan akan menjadi 10 chapter dalam waktu dekat.PGAS Jadi Saham Recommended, setelah Kabar Ini Keluar
PGAS menjadi saham recommeded begitu kabar pengumuman dividen kakap tahun buku 2022 keluar.Formula E Kembali Digelar, DHL Jadi Mitra Logistik Resmi
Menggunakan bahan bakar bio untuk semua angkutan darat dan laut, DHL memindahkan sekitar 415-ton kargo penting di setiap balapan.Tag Terpopuler
Terpopuler
