JAKARTA, investor.id – Kendati nilai tukar rupiah konsisten berada dikisaran Rp 15.000 per dolar AS hingga saat ini menyusul kenaikan tajam indeks dolar AS, namun masyarakat diimbau untuk tidak panik. Pasalnya, kenaikan dolar AS dinilai hanya sementara meski kebijakan Fed hawkish yang memicu suku bunga acuan masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Baca juga: Inflasi Melonjak, Rupiah Ditutup Melemah 75 Poin
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, secara global memang dolar AS ada di urutan pertama. Hal ini bisa dilihat dari nilai tukar euro terhadap USD yang berada di bawah paritas, dan poundsterling terhadap USD yang mungkin juga sebentar lagi ada di paritas.
Tetapi, ia meyakini, ini bukan kondisi yang akan berlangsung seterusnya. Sebab, bagaimanapun negara berkembang juga akan melakukan counter kebijakan untuk mempertahankan nilai tukarnya masing-masing dengan kebijakan moneter, baik dari segi suku bunga atau intervensi yang mengurangi ketergantungan pada USD sebagai cadangan devisa maupun sebagai nilai tukar perdagangan teritorial dan regional.
Baca juga: Awal Pekan, Berikut Nilai Tukar Rupiah di BCA, Money Changer, dan BI
“Jadi, kita tidak perlu panik, karena USD juga tidak bisa digunakan transaksi dalam negeri. Dengan beberapa kebijakan moneter dan BI, kurs akan bisa dipertahankan,” ungkapnya kepada Investor Daily, Senin (3/10/2022).
Senada, Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange ICDX Revandra Aritama menuturkan, cadangan devisa Indonesia dilaporkan terakhir masih berada di level US$ 132,2 miliar. Jumlah ini setara dengan pembiayaan sekitar 6 bulan impor, sementara standard kecukupan devisa ada di 3 bulan impor, artinya cadangan dolar AS di Indonesia masih diatas cukup.
Baca juga: Awal Pekan, Rupiah Dibuka Melemah 28 Poin ke Posisi Rp 15.255 per Dolar AS
“Hal ini tidak lepas dari positifnya neraca perdagangan Indonesia beberapa waktu terakhir,” katanya.
Di pasar spot, rupiah melemah 1,3% secara mingguan terhadap dolar AS dan ditutup lagi-lagi melemah pada perdagangan awal pekan ini. Di saat yang sama indeks dolar AS sempat tembus level tertinggi tahun ini di 114.
Proyeksi Fed tersebut pun seolah menjadi bahan bakar untuk dolar AS menguat. Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback menguat tajam bahkan sampai tembus 114 yang menjadi posisi tertinggi untuk tahun ini dan dalam dua dekade terakhir.
Baca juga: Depresiasi Rupiah 6,40%, BI: Lebih Rendah Dibanding Negara Berkembang Lain
Ini merupakan fenomena yang mengglobal dan bukan hanya rupiah saja yang melemah.
Di sisi lain, kendati Bank Indonesia (BI) sudah mengerek suku bunga acuan naik 75 basis poin (bps) sejak bulan Agustus, tetapi rupiah seolah masih enggan beranjak dari level Rp 15.000 per dolar AS.
Editor : Lona Olavia (olavia.lona@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS