Selasa, 30 Mei 2023

Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi RI yang Tinggi Menopang Rupiah

Grace El Dora
26 Mei 2023 | 19:06 WIB
BAGIKAN
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Kantor Pusat BNI, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ss/ama)
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Kantor Pusat BNI, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ss/ama)

JAKARTA, investor.id – Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tinggi menahan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Selain itu, faktor lain yang menahan pelemahan rupiah lebih dalam adalah keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan tetap di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar.

“(Karena faktor-faktor itu), pelemahan rupiah lebih dalam tertahan karena tren peningkatan indeks dolar masih terus berlanjut,” katanya dilansir dari Antara, Jumat (26/5).

Advertisement

Pada pada akhir perdagangan Jumat, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah tipis 2 poin atau 0,01% menjadi Rp 14.955 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 14.953 per dolar AS.

Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp 14.940 per dolar AS hingga Rp 14.970 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyampaikan penopang penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya adalah rilis data produk domestik bruto (AS) kuartal I-2023 yang direvisi naik ke 1,3% dari sebelumnya 1,1%.

Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS juga dirilis lebih bagus dari perkiraan, yang memperlihatkan penurunan klaim pengangguran.

Menurut Ariston, data ekonomi AS yang membaik bisa menjadi alasan bagi bank sentral The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, bahkan bisa meningkatkan suku bunga lagi.

“Selain itu, kesepakatan kenaikan batas utang AS yang belum juga tercapai, padahal sudah hampir mendekati deadline utang menjadi default (gagal bayar) meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar, sehingga sebagian pelaku pasar memilih masuk ke aset aman dolar AS,” ujarnya.

Di dalam negeri, BI disebut memberikan indikasi belum akan memangkas suku bunga acuan karena bank sentral melihat suku bunga acuan The Fed belum akan turun. BI dikatakan mewaspadai peningkatan ketidakpastian global yang bisa memberikan tekanan ke rupiah.

Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Lifestyle 9 menit yang lalu

Formula E Kembali Digelar, DHL Jadi Mitra Logistik Resmi

Menggunakan bahan bakar bio untuk semua angkutan darat dan laut, DHL memindahkan sekitar 415-ton kargo penting di setiap balapan.
Business 10 menit yang lalu

Telkomsel Fokus Perkuat Bisnis Broadband TelkomGroup

Telkom memperoleh persetujuan pemegang saham independen atas aksi korporasi pemisahan segmen usaha (spin-off) IndiHome ke Telkomsel.
Market 2 jam yang lalu

Wah, Garuda (GIAA) Pasang Target Pendapatan Naik Lebih Tinggi

Garuda Indonesia (GIAA) bersiap ‘lepas landas’ dengan target kenaikan pendapatan yang lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Market 2 jam yang lalu

Amman Mineral yang Lagi Garap Proyek Raksasa Segera IPO!

Amman Mineral Internasional, bagian dari Grup Medco, sebentar lagi akan menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham
Macroeconomy 3 jam yang lalu

Pemerintah Alokasikan Belanja K/L Rp 999,9 Triliun pada 2024

Kebijakan umum belanja K/L tahun 2024 antara lain penghapusan kemiskinan ekstrem, penurunan stunting, dan pengendalian inflasi.

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id