Pertumbuhan Ekonomi 2022 Tertinggi di Masa Pemerintahan Jokowi

JAKARTA, investor.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,31% menjadi pertumbuhan tertinggi dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Secara kumulatif tahun 2022, ekonomi mampu tumbuh di angka 5,31%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding angka precovid yang rata-rata 5% sebelum pandemi. Angka ini merupakan angka tertinggi sejak masa pemerintahan Presiden Jokowi,” kata Airlangga dalam konferensi pers, Senin (6/2/2023).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi selama tahun 2022 sebesar 5,31%. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 71 juta atau US$ 4.783,9.
Untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2022 jika dilihat dari lapangan usaha maka industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi selama tahun 2022. Komponen ini tumbuh 4,89% dan memberikan kontribusi 18,34% ke pertumbuhan ekonomi tahun 2022 .
Ada beberapa sektor yang mendorong tumbuhnya industri pengolahan khususnya non migas. Pertama yaitu industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 4,9%, didorong oleh peningkatan permintaan beberapa komoditas makanan dan minuman di dalam negeri serta meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO).
Kedua yaitu Industri logam dasar tumbuh 14,8% didorong peningkatan kapasitas produksi di sentra tambang ditunjang dengan membaiknya harga komoditas di pasar ekspor.
Sedangkan dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi penopang terbesar dengan kontribusi 51,87%. Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% pada tahun 2022.
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh menguat di tahun 2022 sebab ada pemulihan mobilitas mendorong aktivitas dunia usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,36%.
Pada saat yang sama juga membaiknya pendapatan masyarakat mendorong penguatan seluruh kelompok konsumsi, utamanya pada kelompok konsumsi transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel.
"Hal ini diakibatkan dari mobilitas masyarakat, peningkatan kunjungan wisatawan dalam negeri maupun mancanegara,” imbuh Airlangga.
Ekspor tumbuh 16,28% dan memberikan kontribusi 24,49% ke pertumbuhan ekonomi nasional Sedangkan impor tumbuh 14,75% dan menjadi faktor pengurang pertumbuhan ekonomi sebesar 20,9%.
"Ekspor tumbuh double digit atau 14,93% year-on-year karena didukung harga komoditas yang tinggi atau kita sering sebut windfall harga komoditas. Sedangkan impor utamanya didorong impor barang modal dan bahan baku yang menunjukan (pertumbuhan) sektor produktif,” pungkas Airlangga.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Antam (ANTM) Investasi Besar-besaran, Potensi Cuan Sahamnya Masih Tebal
Antam (ANTM) akan investasi besar-besaran seiring keterlibatannya dalam ekosistem kendaraan listrik (EV). Potensi cuan ANTM masih tebal.Teknologi OpenAI pada Zoom Memperkuat Fleksibilitas Pengguna
Membangun solusi AI ke dalam produk Zoom untuk mendukung pelanggan agar menjadi lebih produktif.12 Juta Wajib Pajak Laporkan SPT, Tingkat Kepatuhan?
Hingga 31 Maret 2023 pukul 24.00 WIB, DJP telah menerima 12,01 juta Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) dari wajib pajak.Produsen Kopiko Punya Orang Terkaya (MYOR) Cetak Pendapatan Rp 30,6 T
Produsen permen Kopiko, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencetak penjualan bersih Rp 30,66 triliun sepanjang 2022.Pasca Ledakan di Kilang Dumai, Pertamina Pastikan Distribusi BBM dan LPG Aman
"Masyarakat jangan khawatir stok yang ada amanTag Terpopuler
Terpopuler
