Selasa, 6 Juni 2023

Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Sentimen Risk On di Pasar

Grace El Dora
29 Mar 2023 | 12:00 WIB
BAGIKAN
Petugas menata tumpukan uang kertas rupiah saat melakukan persiapan pengisian mesin ATM. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc/aa)
Petugas menata tumpukan uang kertas rupiah saat melakukan persiapan pengisian mesin ATM. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc/aa)

JAKARTA, investor.id – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (29/3) berpotensi menguat di tengah sentimen risk on di pasar.

Menurut pantauan Antara, rupiah pada Rabu pagi dibuka bertahan di posisi Rp 15.085 per dolar Amerika Serikat (AS), serupa dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya.

“Rupiah berpotensi kembali menguat oleh pelemahan dolar AS di tengah sentimen risk on di pasar dengan meredanya kekhawatiran akan masalah di sektor perbankan,” kata analis DCFX Futures Lukman Leong, Rabu.

Advertisement

Namun menurut Lukman, penguatan rupiah mungkin dibatasi oleh naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, dengan imbal hasil tenor dua tahun di posisi 4,0785% dan 10 tahun di 3,57%.

Dampak sentimen risk on akan menguatkan asset dan mata uang berIsiko dan melemahkan safe haven seperti dolar AS dan Yen Jepang.

Pengumuman Senin (27/3) menyatakan First Citizens BancShares Inc. akan mengakuisisi simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank (SVB) yang gagal memicu optimisme tentang kondisi sektor perbankan yang mengguncang pasar keuangan.

Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank, setelah laporan otoritas AS sedang mempertimbangkan tahap awal untuk memperluas fasilitas pinjaman darurat.

Bank sentral AS pada 22 Maret 2023 menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), seperti yang diharapkan. Tetapi ia mengambil sikap hati-hati terhadap prospek karena gejolak sektor perbankan, bahkan ketika Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell tetap membuka pintu untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan.

Pasar menilai peluang lebih dari 80% Fed tidak menaikkan suku bunga dalam pertemuan berikutnya pada Mei 2023 dan mengantisipasi penurunan suku bunga pada awal Juli, menurut alat CME FedWatch.

Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp 15.000 per dolar AS sampai dengan Rp 15.150 per dolar AS.

Pada Selasa (28/3) kurs rupiah ditutup naik 78 poin atau 0,51% ke posisi Rp 15.085 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.163 per dolar AS.

Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 4 jam yang lalu

BSI (BRIS) Terbitkan EBA Syariah Pertama di Indonesia

BSI (BRIS) menerbitkan Efek Beragun Aset Syariah-Surat Partisipasi (EBAS-SP), hasil sekuritisasi aset syariah pertama di Indonesia.
Business 4 jam yang lalu

Premier Luncurkan Proyek Hunian Hijau di Selatan Jakarta 

PT Premier Qualitas Indonesia bersama anak usahanya, PT Bukit Sukses Bersama (BSB), memperkenalkan proyek hunian hijau Premier Promenade.
Market 4 jam yang lalu

Lanjutkan Ekspansi, SMKL Bakal Gunakan Energi Ramah Lingkungan

Terapkan praktik bisnis berkelanjutan, SMKL akan mengganti boiler yang semula menggunakan batu bara dengan energi gas agar ramah lingkungan.
Business 4 jam yang lalu

Anak Usaha KS Pasok Pipa Baja ke Proyek Terminal Kalibaru

Anak usaha KS, PT Krakatau Pipe Industries (KPI), melakukan pengiriman perdana pipa pancang ke proyek rancang bangun Terminal Kalibaru PTPP.
Market 4 jam yang lalu

Rapor ESG Bumi Resources (BUMI), Begini Hasilnya!

Bumi Resources (BUMI) menerima laporan resmi dari Bloomberg, penyedia data keuangan, terkait ESG (Environmental, Social & Government).

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id