Selasa, 28 Maret 2023

Bunga Acuan BI Naik, Kok Rupiah Malah Melemah?

Triyan Pangastuti
17 Nov 2022 | 17:35 WIB
BAGIKAN
Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom)
Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom)

JAKARTA, investor.id - Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih lebih baik dibandingkan negara lain. Hal ini lebih disebabkan faktor ketidakpastian global.

Adapun nilai tukar rupiah ditutup melemah 63 poin di level Rp 15.662 per dolar AS dalam penutupan perdagangan sore ini, Kamis (17/11).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kuatnya dolar AS dan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global memberikan tekanan pelemahan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia termasuk rupiah.

Advertisement

"Pelemahan nilai tukar dialami hampir seluruh negara dan kenapa dolar sangat kuat? Karena agresifnya kenaikan suku bunga Fed Fund Rate seiring sangat tingginya inflasi di AS, baik faktor suplai dan permintaan sangat kuat dan faktor upah dan kenaikan jasa-jasa," tuturnya dalam Konferensi Pers RDG, Kamis (17/11).

Dalam catatan BI, indeks nilai tukar terhadap mata uang utama atau indeks dolar AS (DXY) mencapai 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,09% year-to-date (ytd) selama tahun 2022.

Menurut dia, dengan langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65%n (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.

"Depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Korea Selatan 10,30 persen (ytd) dan Filipina 11,10 persen (ytd)," ujar Perry.

Ia melihat kekuatan dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS di tengah melemahnya ekonomi dan tingginya inflasi di Eropa. Pada saat bersamaan, tingginya ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," pungkas dia.

Editor: Hari Gunarto (hari_gunarto@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Macroeconomy 3 jam yang lalu

Indonesia Usung Tiga Prioritas dalam Keketuaan Asean 2023

Recovery–rebuilding, difokuskan pada upaya untuk pemulihan dan kebangkitan ekonomi dari pandemi Covid-19 yang melanda semua negara.
Market 3 jam yang lalu

Pendapatan Emiten Grup Djarum (TOWR) Melonjak, Laba Naik Tipis-tipis

Sarana Menara Nusantara (TOWR), emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, mencetak pendapatan Rp 11,03 triliun pada 2022.
Finance 3 jam yang lalu

Sinarmas Asset Management Raih Penghargaan Best Mutual Fund 2023

Sinarmas Asset Management meraih penghargaan Best Mutual Fund tahun 2023 dari Infovesta Utama bekerjasama dengan Majalah Investor B-Universe
Business 3 jam yang lalu

Kinerja Bisnis Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Lampaui Target

optimasi kilang dilakukan dengan menghasilkan produk bernilai tinggi
Lifestyle 3 jam yang lalu

Perempuan Harus Bisa Tingkatkan Kapasitas dan Kepercayaan Diri

Kaum perempuan bisa menempuh jalannya masing-masing dan berdampak positif, sesuai bidangnya.
Copyright © 2023 Investor.id